terlihat bangkitnya rasa kemanusiaan

Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan pandemi COVID-19 merupakan salah satu momentum untuk mengoreksi serta melakukan perubahan dalam mengelola pembangunan di Tanah Air.

"Ini sejalan dengan arahan Presiden. Bahkan pemerintah telah mengambil langkah strategis untuk mengurangi dampak COVID-19 terutama di bidang kesetaraan kesehatan, pemulihan kondisi ekonomi serta aspek sosial masyarakat yang terdampak," kata dia dalam diskusi daring dengan tema "Solidaritas dan Kerukunan Antarumat Sebagai Perwujudan SDG16 Indonesia untuk Bangkit dari COVID-19" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan dewasa ini pemerintah dan pihak-pihak terkait sedang merumuskan reformasi sistem kesehatan nasional, perlindungan sosial, ketahanan bencana, pangan nasional dan berbagai agenda lainnya untuk menyikapi dampak pandemi COVID-19.

Baca juga: Peneliti perkirakan kemiskinan September 2020 naik jadi 10,34 persen

Langkah strategis bidang ekonomi yang telah dilakukan adalah meningkatkan konsumsi pemerintah melalui belanja negara yang diharapkan dapat memberikan dampak multiplier pada sektor lainnya sebagai langkah mempercepat pemulihan ekonomi.

Pemerintah juga melakukan program perlindungan sosial melalui penyaluran bantuan sosial maupun program jaring pengaman sosial yang diprioritaskan pada kelompok penduduk miskin dan rentan dengan desil terendah.

Selain itu, pemerintah juga melakukan perluasan program perlindungan sosial termasuk perluasan basis data yang mencakup pekerja sektor informal dimana hal ini sejalan dengan adanya reformasi perlindungan sosial.

Baca juga: Mensos pastikan kemiskinan bisa ditekan dengan sinergi seluruh pihak

Secara umum, ia menilai sebenarnya tidak ada satupun negara di dunia yang siap menghadapi pandemi yang penularannya begitu cepat sebagaimana dirasakan saat ini.

Apalagi, dampak pandemi COVID-19 bukan hanya pada sektor kesehatan saja, namun juga berdampak pada sektor ekonomi, sosial dan sektor kehidupan lainnya.

Pada kuartal ketiga, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 3,49 persen dan diharapkan pada kuartal keempat pertumbuhan ekonomi tersebut dapat kembali menunjukkan tren positif sehingga negara ini dapat keluar dari jurang resesi.

Menurutnya, menurunnya pertumbuhan ekonomi juga sejalan dengan meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja, meningkatnya pengangguran dan meningkatnya angka kemiskinan.

"Pandemi COVID-19 juga memunculkan dampak sosial di antaranya meningkatnya kasus kriminalitas termasuk kasus kekerasan dalam rumah tangga," katanya.

Kondisi tersebut, menurut dia, sesuai dengan hasil survei kajian dinamika perubahan dalam rumah tangga di Indonesia pada 34 provinsi yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perempuan pada April dan Mei 2020.

Baca juga: Pakar: Kekerasan terhadap anak meningkat selama pandemi COVID-19

Lebih jauh, dampak pandemi COVID-19 juga memunculkan disorganisasi dan disfungsi sosial di dalam kehidupan bermasyarakat akibat aktivitas luar rumah yang dibatasi.

Namun jika dilihat dari sundut pandang lain, ujar dia, selain dijadikan momentum untuk melakukan koreksi dan perubahan dalam pengelolaan pembangunan, pandemi COVID-19 sebenarnya mampu menimbulkan rasa solidaritas sosial dan kepedulian terhadap sesama dalam menghadapinya.

"Di sini terlihat bangkitnya rasa kemanusiaan, persaudaraan, persatuan dari segala penjuru Tanah Air. Ini momentum yang baik bagi kita, pemerintah dan semua warga bangsa dalam konteks Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan," katanya.

Oleh sebab itu, ia mengajak setiap pihak terkait untuk merumuskan strategi pembangunan yang lebih baik dengan memperhatikan integrasi dimensi sosial ekonomi dan lingkungan secara bersamaan.

Baca juga: Kasus kekerasan berbasis gender meningkat selama pandemi COVID-19

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020