Kabul (ANTARA News/Reuters) - Kelompok perlawanan Taliban, Sabtu, mengumumkan rencana penyerangan mereka terhadap pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan mulai Senin.
Pengumuman lewat email yang biasa digunakan para gerilyawan Taliban itu mengemuka menjelang keberangkatan Presiden Hamid Karzai ke Washington DC.
Dalam pernyataannya, Taliban mengatakan, serangan baru terhadap pasukan asing, pejabat pemerintah Afghanistan, dan diplomat asing ini akan dimulai Senin.
Mereka akan diserang dengan bom-bom bunuh diri dan bom-bom pinggir jalan.
"Untuk melancarkan aksi-aksi jihad terhadap Amerika, anggota NATO dan para pengikut mereka, Emirat Islam mengumumkan operasi musim semi ini dengan nama Al-Faath (kemenangan)," sebut pernyataan Taliban itu.
Kalangan Taliban yang pernah memimpin sebagian besar wilayah Afghanistan selama lima tahun sebelum akhirnya ditumbangkan pasukan Afghan pimpinan AS pada akhir 2001 menyebut pemerintahan mereka sebagai "Emirat Islam".
Menteri Pertahanan Afghanistan Abdul Rahim Wardak menyebut rencana serangan itu sebagai propaganda semata karena Taliban tidak mampu melawan pasukan NATO di peperangan konvensional manapun.
Presiden Hamid Karzai meninggalkan Kabul menuju Washington DC, Senin, untuk mengunjungi AS selama empat hari.
Kunjungannya itu dimaksudkan Karzai untuk mendapatkan dukungan AS. Menurut pejabat Afghanistan, salah satu agenda utama kunjungan itu adalah perihal negosiasi damai dengan Taliban.
Presiden Karzai berharap kunjungannya ke Washington itu akan memuluskan upayanya mendapatkan dukungan Presiden Barack Obama.
Dia juga berharap kunjungannya itu dapat meyakinkan Taliban agar mau duduk di meja perundingan damai dan mengakhiri perang yang kini memasuki tahun ke-sembilan itu.
Namun, Taliban berulang kali menolak tawaran damai Karzai tersebut. Bagi Taliban, tidak ada perundingan damai selama ribuan tentara asing masih bercokol di Afghanistan.
Pengumuman Taliban tentang serangan barunya itu mengemuka di tengah kesiapan ribuan personel pasukan asing dan Afghanistan melancarkan operasi militer baru ke kota Kandahar bulan depan.
Sejak invasi AS tahun 2001, sebanyak 130 ribu tentara asing kini bercokol di Afghanistan. Jumlah mereka akan bertambah menyusul ketibaan pasukan tambahan AS di negara itu.
Lingkar kekerasan di negara itu semakin memburuk setelah kelompok Taliban mengintensifkan taktik perang gerilya mereka dalam melawan pasukan pemerintah dan asing empat tahun lalu.(*)
(Uu.R013/B002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010