Yogyakarta (ANTARA News) - Seniman tampaknya tidak lagi mempertahankan moral dan kepercayaan kepada Tuhan dalam menghasilkan karya, sehingga perkembangan seni rupa saat ini cenderung jauh dari spiritual, kata pengamat seni Muhammad Bachtiar.

"Perkembangan seni rupa cenderung mengikuti zaman dan pola pikir manusia yang lebih rasional," katanya pada diskusi `menimbang ulang pameran lukisan intenasional sejati, baik, sabar: relevansi karya seni dalam realitas kehidupan sosial`, di Jogja National Museum (JNM) Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, dalam dunia seni rupa kontemporer memang memungkinkan setiap orang untuk berkarya sesuai dengan keinginannya, tetapi sebagian besar karya itu jauh dari seni rupa ortodok dan sang pencipta.

Oleh karena itu, seniman perlu kembali kepada pemikiran luhur seni rupa ortodok yang lebih mementingkan moral, dengan tidak menilai karya seni rupa tersebut sebagai karya yang ketinggalan zaman.

"Karya seni rupa ortodok bisa bertahan lama dan tetap diingat masyarakat pecinta seni, seperti karya Leonardo da Vinci pada zaman renaissance. Kondisi itu berbeda dengan karya seni rupa kontemporer saat ini yang cenderung tidak berumur panjang dan cepat dilupakan," katanya.

Sementara itu, pemerhati seni budaya Brotoseno mengatakan beberapa seniman saat ini dalam menghasilkan karya seni rupa tanpa memikirkan kualitas. Mereka berkarya tetapi karyanya kurang berkualitas.

"Hal tersebut menyebabkan orang yang melihat karya seni rupa harus bertanya dulu kepada seniman untuk mengerti dan memahami arti dari karya itu. Seharusnya karya tersebut bisa bercerita sendiri, sehingga orang dapat menginterpretasikan artinya, tanpa harus bertanya kepada si seniman," katanya.(*)
(U.B015/B/M008/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010