Kabul (ANTARA News/AFP) - Seorang tentara Pakta Pertahanan Atlatik Utara (NATO) dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) tewas akibat "serangan senjata ringan" di Afghanistan selatan pada Rabu, persekutuan itu.

Sesuai dengan kebijakan, pernyataan ISAF pimpinan persekutuann pertahanan Atlantik utara NATO itu tidak mengungkapkan kebangsaan prajurit tersebut atau rincian serangan itu.

Kematian itu menjadikan 181 jumlah tentara asing tewas pada tahun ini akibat perang di Afghanistan, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas laman mandiri icasualties.org.

Sejumlah 520 tentara asing tewas pada 2009 di Afghanistan, yang dicengkram perlawanan berdarah sisa Taliban sejak mereka digulingkan dalam serbuan pimpinan Amerika Serikat pada akhir 2001.

NATO dan Amerika Serikat mengirim ribuan tentara tambahan ke Afghanistan, dengan jumlah menncapai puncak 150.000 orang pada Agustus di bawah siasat untuk mengakhiri cepat kemelut itu.

Sebagian besar pasukan tambahan itu digelar di selatan, jantung perlawanan tersebut, dengan perhatian khusus pada provinsi Kandahar dan Helmand.

Lebih dari duapertiga dari pasukan asing berasal dari Amerika Serikat.

Pada Selasa, ISAF menyatakan tiga tentara NATO tewas dalam 24 jam di Afghanistan selatan, dengan yang terakhir merupakan korban bom rakitan.

Pasukan pimpinan Amerika Serikat tersebut mengumumkan kematian itu setelah pejabat pertahanan Inggris menyatakan dua tentara Inggris dari resimen sama tewas di Afghanistan selatan pada hari Senin dalam kejadian terpisah.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama Bin Ladin, yang dituduh bertanggung awab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED, yang ditanam pejuang Taliban.

Bom rakitan itu, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.

IED murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.

Peledak rakitan menjadi "senjata pilihan" Taliban, kata perwira tinggi sandi tentara Amerika Serikat, yang baru-baru ini menyatakan IED merenggut sampai 90 persen jiwa pasukan asing.

Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi menemukan bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.

IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di provinsi Helmand dan Kandahar.

Pada 2003, pasukan asing dihantam 81 serangan bom rakitan. Jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 72.000 pada 2009, kata pejabat sandi NATO. Itu termasuk bom meledak dan yang ditemukan serta dijinakkan.

Pada 2009, kegiatan Taliban di Afghanistan utara dipusatkan pada jalur pasokan perbekalan, yang dibawa truk dari negara Asia Tengah, yang berbatasan dengan Afghanistan.

Pada 2010, pasukan asing tergabung dalam ISAF melancarkan Gerakan Gabungan, serangan besar di wilayah Marjah, Helmand, untuk melepaskan cengkeraman kelompok Taliban dan kelompok candu.

Komandan NATO memperingatkan negara Barat siap menghadapi korban jatuh, karena mereka melaksanakan siasat mengakhiri perang berkepanjangan di negara itu.
(Uu.B002/M043/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010