New Delhi (ANTARA News) - Menteri Dalam Negeri India P. Chidambaram menyatakan, Kamis, jaksa akan mengajukan banding atas pembebasan dua warga India yang dituduh terlibat dalam serangan Mumbai 2008.

Pernyataan Chidambaram itu disampaikan hanya beberapa jam setelah seorang hakim di Mumbai menjatuhkan hukuman mati pada satu-satunya orang bersenjata yang selamat dalam insiden berdarah itu, setelah persidangan satu tahun atas serangan-serangan yang menewaskan 166 orang di kota komersial tersebut.

"Dari tiga tersangka, satu orang telah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati atas empat dakwaan," kata Chidambaram kepada parlemen.

Mohammed Ajmal Amir Kasab dinyatakan bersalah mengobarkan perang terhadap India, melakukan konspirasi dan terorisme.

Dua orang India, Fahim Ansari dan Sabauddin Ahmed, dibebaskan Senin oleh pengadilan khusus Mumbai yang menyidangkan kasus itu setelah hakim meragukan keterlibatan mereka, katanya.

"Jaksa penuntut telah menyatakan akan naik banding atas keputusan pembebasan mereka," kata Chidambaram.

Hakim M.L. Tahaliyani hari Senin memerintahkan agar Ansari dan Ahmed, yang dituduh membantu para penyerang bersenjata dengan dukungan logistik, dibebaskan dari penjara.

Ansari ditangkap pada Februari 2008 dan dituduh dilatih oleh kelompok muslim terlarang yang bermarkas di Pakistan, Lashkar-e-Taiba (LeT), setelah serangan terhadap sebuah kamp polisi di India utara. Ahmed dituduh sebagai komplotannya.

Tahaliyani mengatakan, bukti jaksa penuntut bahwa mereka memiliki peta sasaran coretan tangan di Mumbai dan memberikannya kepada komandan-komandan LeT di Pakistan tidak terbukti baik "kualitas maupun kuantitas".

Sejumlah saksi yang diajukan tidak bisa dipercaya, sementara teori bahwa kedua orang itu membuat peta, mengirimnya ke LeT, yang kemudian menyerahkannya kepada kelompok orang bersenjata empat hari sebelum serangan itu "tidak sesuai dengan seluruh skema konspirasi", kata hakim tersebut.

Tahaliyani ragu bahwa peta buatan tangan dari Ansari dan Ahmed, yang ditahan polisi pada saat serangan November 2008, digunakan dalam serangan yang direncanakan dengan sangat cermat itu.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan Mumbai itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

Perdana Menteri India Manmohanh Singh mengatakan pada pertengahan Juli 2009 bahwa perundingan perdamaian dengan Pakistan akan tetap tertahan sampai negara itu menindak orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan di Mumbai.

Pernyataan Singh itu tampaknya bertentangan dengan sebuah pernyataan bersama dengan PM Pakistan Yusuf Raza Gilani dimana kedua pemimpin tersebut mengatakan bahwa tindakan terhadap terorisme "tidak boleh dikaitkan" dengan proses dialog tersebut.

Dalam pernyataannya kepada media India, Singh mengatakan, "Harus ada upaya-upaya jujur serius untuk menjembatani kesenjangan yang memisahkan kedua negara itu."

Pada Agustus 2009, Pakistan menjamin kepada India mengenai kerja sama penuh mereka dalam mencegah aksi teror baru setelah peringatan dari Singh bahwa militan di Pakistan sedang merencanakan serangan-serangan baru.

Perdana Menteri Pakistan itu juga berjanji melakukan segala sesuatu untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas serangan Mumbai ke pengadilan.

Pakistan telah menangkap sejumlah orang yang dituduh terlibat dalam serangan itu, termasuk tersangka dalang Zakiduddin Lakhvi.

India dan Pakistan, dua negara tetangga yang berkekuatan nuklir, terlibat dalam tiga perang, dua diantaranya menyangkut masalah Kashmir.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

AFP/M014

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010