Kalianda, Lampung Selatan (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan berhasil melelang energi panas bumi di Gunung Rajabasa dan PT Suprim Energi Jakarta sebagai investor tunggal yang berminat mengelolanya.

Kepala Bidang Pertambangan Umum Dinas Pertambangan Lampung Selatan, Thamrin, di Kalianda, Rabu, mengatakan, pengumuman lelang dilakukan di Bali, 19 April 2010.

Dia mengatakan, investor yang meminati pengelolaan panas bumi cukup minim karena biaya operasional dari proses awal dan hanya ada investor tunggal yang berminat yakni PT Suprim Energi Jakarta.

"Potensi energi panas bumi yang terdeteksi di Gunung Rajabasa dapat menghasilkan listrik sebesar 220 Megawatt atau setara dengan Pembangkit Litrik Tenaga Uap Tarahan," kata Thamrin.

Sedangkan masa pemanfaatan panas bumi tidak terbatas waktu karena gas buang akan didaur ulang menggunakan sistem injeksi pada sirkulasi air yang memiliki uap panas dalam tanah.

Energi tersebut, menurutnya, memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak mengkhawatirkan seperti hasil pertambangan lain, karena lokasi hanya akan dibor hingga kedalaman antara 1.000 sampai 2.000 meter dalam tanah untuk mengalirkan uap panas ke pembangkit.

"Energi panas bumi akan digunakan oleh PLN sebagai pembeli tunggal," tambahnya.

Ia melanjutkan, PT Suprim Energi diperkirakan akan mulai memproduksi panas bumi setelah selesai mengurus dokumen-dokumen perizinan yang melibatkan banyak pihak seperti dinas kehutanan karena berlokasi di hutan lindung Rajabasa, badan lingkungan hidup (BLH) karena menyangkut keberadaan permukiman penduduk yang dikhawatirkan terkena dampaknya meski ramah lingkungan.

Kepala Bidang Kelistrikan Dinas Pertambangan Lampung Selatan, Yudi Permadi, menjelaskan, keuntungan dari pemanfaatan energi panas bumi itu, pemerintah akan mendapatkan royalti sebesar 2,5 persen dari setiap 1 KWh dari seluruh hasil yang dikeluarkan oleh PT Suprim Energy.

"Dari royalti sebesar 2,5 persen itu akan dibagi dengan pemerintah pusat, Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan sendiri," kata dia.

Yudi menjelaskan,perusahaan itu akan mulai memproduksi pada tahun 2015 karena memerlukan proses jangka panjang sebelum produksi yang nantinya akan menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) Lampung Selatan karena memiliki nilai investasi sangat tinggi.

(T.KA*T013/Z002/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010