Jakarta (ANTARA News) - Tidak semua artefak yang diangkat dari perairan Cirebon dilelang. Terdapat 272.372 unit artefak dan 991 unit di antaranya disimpan di museum sedangkan lainnya dilelang meski acara yang berlangsung pada Rabu 5 Mei tersebut tanpa satupun peserta.
Menurut Peneliti Riset Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Nanik Harkantiningsih Wibisono, tidak ada perbedaan kualitas artefak yang dimuseumkan dan yang dilelang.
"Kualitasnya sama saja hanya jenis dan jumlahnya yang beda, misalkan dari seratus piring kita ambil satu buat museum," kata Nanik yang juga menjabat Staf Ahli Lelang Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan, ada lima kriteria menyangkut artefak, yang pertama adalah asal dan waktu pembuatannya.
"Setiap negara pasti mempunyai ciri khas sendiri seperti China yang umumnya identik dengan gambar Naga dan pembuatannya berbeda dari dinasti satu dengan dinasti yang lain," katanya.
Selanjutnya adalah keindahan, yang dilihat dari motif dan warna seperti peninggalan botol Dynasti Liao (907-1126) yang didominasi warna putih."Botol Dynasti Liao sangat indah berwarna putih dengan lehernya yang tinggi," katanya.
Ketika ditanya ANTARA News bagaimana mengukur keindahan itu sendiri, Nanik yang juga Arkeolog mengatakan "Wah mengukur keindahan tidak bisa dibicarakan dalam sehari, saya saja arkeolog butuh 30 tahun mempelajari sebuah guci," katanya.
Kriteria ketiga adalah kelangkaan artefak, yang dilihat dari banyaknya jenis dan umur.
"Kelangkaan itu dilihat dari jenis, misalnya dari seratus guci yang berlogo naga cuma ada sepuluh dan umurnya peninggalan Dynasti Liao itu langka karena mereka memerintah dalam kurun waktu yang sedikit dengan corak budaya yang unik,"katanya.
Keempat, tipologi atau bentuk, misalnya bulat, pipih dan lonjong. Kriteria terakhir tapi terpenting adalah konteks, karena artefak itu memiliki nilai sejarah tersendiri.
"Artefak ini memiliki sejarah yaitu peninggalan-peninggalan kapal karam China ketika melakukan kerjasama dengan kerajaan Sriwijaya," katanya.(ADM/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010