Beijing (ANTARA News) - Presiden China, Hu Jintao, akan membahas kebuntuan masalah nuklir Iran dengan para pemimpin Rusia dalam lawatan akhir pekan ke Moskow, kata seorang pejabat China, Rabu.
Kedua pemimpin memiliki `pandangan-pandangan yang sama,` katanya .
Hu akan bertemu dengan Presiden Dmitry Medvedev dan Perdana Menteri Vladimir Putin selama kunjungan 8-9 Mei. Dalam kesempatan itu dia juga akan menghadiri upacara peringatan ke-65 tahun berakhirnya Perang Dunia II, kata petinggi tersebut.
"Para pemimpin dari kedua negara akan bertukar pandangan mengenai masalah-masalah internasional dan hal yang menjadi kepentingan bersama, termasuk persoalan nuklir Iran," kata Asisten Menteri Luar Negeri, Cheng Guoping, kepada para wartawan.
"China dan Rusia memiliki pandangan yang sama mengenai masalah ini."
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pekan lalu mengakui bahwa Iran adalah `mitra yang sulit` dan memperingatkan Teheran dijadikan sasaran sanksi-sanksi berkaitan program nuklirnya, diduga makin `tak terelakkan.`
Amerika Serikat, Eropa dan lainnya khawatir Iran menggunakan program energi nuklir untuk sipilnya sebagai kedok untuk pembuatan senjata nuklir - tuduhan yang berulangkali dibantah Teheran - dan mengupayakan sanksi keras baru PBB.
Namun Beijing - salah satu dari lima anggota tetap yang memiliki hak veto dari 15 anggota Dewan Keamanan - enggan untuk membahas sanksi-sanksi tambahan terhadap Iran, yang merupakan pemasok energi terbesar ke China.
Medvedev telah berulangkali mengatakan, Rusia, juga anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto, tidak menganjurkan pengeluaran sanksi-sanksi lagi terhadap republik Islam itu, kecuali jika sanksi itu tidak membuat rakyatnya menderita.
Cheng mengatakan, kunjungan Hu ke Rusia merupakan `kejadian penting` yang akan memperkokoh lebih lanjut hubungan mereka, sebagai dua negara yang menang atas pasukan Jerman dan Jepang 65 tahun lalu.
"Persahabatan antara kedua negara, ditempa dengan darah dalam perang terhadap fasisme, bentuk landasan yang solid dan dorongan tanpa henti bagi hubungan bilateral mereka," kata Cheng.
"Apa yang kami miliki antara China dan Rusia adalah sangat dekat, sangat dinamis dan substansial serta hubungan dua negara besar yang paling menjanjikan ...hubungan bilateral yang mencapai tingkat tak pernah terjadi sebelumnya." (H-AK/S008)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010