PBB, New York (ANTARA News) - Indonesia mencuri perhatian di tengah bergulirnya Konferensi Kaji Ulang Traktat Non-Proliferasi Nuklir atau NPT Review Conference di New York dengan mendapatkan penghargaan dari berbagai tokoh penting.
Penghargaan itu termasuk dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon serta bintang film Hollywood yang juga Duta Perdamaian PBB, Michael Douglas.
Pujian mengalir dengan keluarnya keputusan Indonesia untuk meratifikasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Ledak Nuklir (CTBT atau Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty) tahun 1996.
Keputusan Indonesia untuk meratifikasi traktat diumumkan secara resmi oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa saat ia menghadiri sidang hari pertama berlangsungnya NPT Review Conference, Senin (3/4).
Berbagai pihak menyatakan harapan bahwa langkah Indonesia tersebut akan menciptakan "efek domino" terhadap delapan negara lainnya, yaitu Amerika Serikat, Iran, China, Korea Utara, Iran, Israel, Pakistan, India dan Mesir, untuk juga bersedia meratifikasi CTBT.
Saat berbicara pada pembukaan pameran bertajuk "Mengakhiri Peledakan Nuklir" di Markas Besar PBB, New York, Selasa petang waktu setempat, Sekjen Ban Ki-moon mengingatkan bahwa CTBT adalah fondasi bagi terciptanya dunia yang bebas dari senjata nuklir.
CTBT telah ditandatangani oleh 182 negara dan saat ini masih belum bisa diberlakukan karena sembilan negara, termasuk Indonesia, masih belum meratifikasinya.
"Hari ini kita mendapat kabar yang lebih menggembirakan. Saya menyatakan salut atas pengumuman Pemerintah Anda bahwa Indonesia akan meratifikasi CTBT. Terima kasih untuk kepemimpinan (negara) Anda," kata Sekjen PBB kepada Menlu Marty pada pembukaan pameran.
Ia berharap delapan negara sisanya, yaitu AS, China, Korea Utara, Iran, Israel, Pakistan, India dan Mesir segera mengikuti langkah Indonesia untuk membantu segera berlakunya CTBT.
Acara pembukaan juga dihadiri oleh Michael Douglas, Sekretaris Eksekutif Komisi Penyiapan Pembentukan Organisasi CTBT Tibor Toth, Menteri Luar Negeri Maroko Taib Fassi Fihri, Utusan PBB untuk Perlucutan Senjata Sergio Duarte, serta kalangan diplomat dan kalangan media massa internasional.
Tibor Toth, yang pada Selasa melakukan pertemuan bilateral dengan Marty, pada acara itu kembali menyatakan terima kasih atas "kepemimpinan Indonesia dalam meratifikasi traktat dan kontribusi terhadap pengawasan global".
Michael Douglas yang juga merupakan Duta CTBT dalam pidatonya menyampaikan penghargaan yang sama kepada Indonesia.
"Bapak Marty Natalegawa, terima kasih banyak bahwa Indonesia akan segera meratifikasi CTBT," kata Douglas.
Douglas berharap Amerika Serikat, melalui Presiden Barack Obama dan Senat, menunjukkan kepemimpinan yang sama seperti yang ditunjukkan Indonesia dalam mengupayakan dunia bebas nuklir dengan segera meratifikasi CTBT.
Sumbangan nyata
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Menlu Marty menyatakan bahwa keputusan Indonesia untuk memulai proses ratifikasi itu merupakan sumbangan nyata Indonesia untuk memanfaatkan momentum positif di bidang perlucutan senjata.
Dalam berbagai kesempatan, Marty menyebut KTT Pengamanan Nuklir di Washington, konferensi tingkat menteri di Tehran serta tercapainya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Rusia untuk mengurangi senjata nuklir kedua negara melalui sebuah traktat (START) baru-baru ini, sebagai beberapa kemajuan yang perlu dimanfaatkan sebagai momentum.
Menlu mengatakan Indonesia menyadari bahwa jalan menuju ratifikasi CTBT akan diwarnai dengan berbagai pembahasan sengit mengingat berbagai pemangku kepentingan harus dilibatkan, partisipasi harus didorong dan rasa kepemilikan harus dibangun.
Namun Indonesia melihat proses itu sebagai praktik demokrasi sesungguhnya.
"Dalam konteks ini, di sini di PBB, marilah kita sesama negara-negara anggota PBB untuk saling memberikan dorongan dan insentif positif satu sama lain, untuk melakukan hal yang tepat, yaitu meratifikasi CTBT," kata Marty.
Ajakan itu disambut dengan tepuk tangan hadirin dan juga komentar dari Tibor Toth yang di depan forum spontan memuji pidato Marty, "Strong statement".
Rangkaian persidangan NPT Review Conference itu sendiri akan berlangsung hingga 28 Mei , diikuti oleh para wakil pemerintah dari setidaknya 100 negara.
Persidangan telah dibuka pada Senin (3/4) oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon sementara persidangan hari pertama tersebut sempat diwarnai dengan pernyataan keras dan saling serang --menyangkut kebijakan nuklir-- antara Iran dan Amerika Serikat yang disampaikan melalui pidato Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. (K-TNY/A011)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010