"Kuswanto memang ditangkap personil Densus 88 Polda Maluku dan Polres Buru karena memiliki senjata api dan sejumlah butir munisi, tapi dia bukan teroris sebagaimana isu berkembang di masyarakat," katanya ketika dikonfirmasi ANTARA, di Ambon, Rabu.
Bersangkutan yang sedang menjalani pemeriksaan intensif bersama dua warga lainnya yakni Taher Pontoloreng dan Azis Wael di Polres Buru itu dilaporkan warga memiliki senjata api yang dikhawatirkan adalah oknum teroris.
"Ternyata senjata jenis AK -47 buatan Rusia itu dan sepuluh butir munisi adalah peninggalan konflik sosial sejak 19 Januari 1999 yang ditanam di belakang rumahnya di Desa Wailikut," ujar Huwae.
Dia mengakui penangkapan tiga oknum tersebut menarik perhatian Kapolda Maluku Brigjen Pol. Totoy Herawan Indra yang menyempatkan diri berkunjung ke Bursel.
"Kapolda tidak ingin berkembang isu yang provokatif sehingga memastikan langsung kapasitas oknum tersebut, terutama Kuswanto yang telah menetap di Desa Wailikut sejak 2008 dan mengajar sebagai guru honor pada salah satu sekolah di sana," ata Huwae.
Sedangkan Penjabat Bupati Bursel Jusuf Latuconsina yang dikonfirmasi melalui telepon genggam membenarkan ada penangkapan oknum bersenjata di daerahnya.
"Benar tiga orang ditangkap, tapi telah ditangani polisi," tegasnya.
Pastinya, kata Latuconsina, penangkapan tersebut tidak menggangu stabilitas keamanan di kabupaten yang dimekarkan dari Buru pada 16 September 2008 itu. (Ant/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
densus 88 seharusnya juga menangkap oknum yang sering potong orang di kecamatan tersebut...menurut saya semua ini di lakukan kerena masyaarakat setempat tidak tahan dengan ancaman yang terus di hadapi seperti pembunuhan yang sering terjadi di kecaamatan tersebut......coba klu emang densus andalan polri tangkap dong........