Badung memiliki potensi ekosistem mangrove berupa avicenia, bruguiera dan rizhopora
Badung (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melaksanakan program pelatihan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kapasitas produksi produk olahan turunan mangrove bagi Kelompok Pengolah Pemasar (Poklahsar) di Kabupaten Badung, Bali.
“Untuk Badung pada tahun 2020 ini mendapatkan porsi pelatihan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk memproduksi produk olahan turunan mangrove seperti sirup, dodol, keripik dan kopi," ujar Kepala Dinas Perikanan Badung I Nyoman Suardana dalam keterangan Humas Badung yang diterima di Mangupura, Senin.
Ia mengatakan, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Sektor Kelautan dan Perikanan melalui Rehabilitasi Kawasan Mangrove KKP tersebut sebenarnya memiliki sejumlah program yang dilaksanakan meliputi penanaman mangrove, pembangunan nursery/pusat pembibitan mangrove, pembangunan sarana ekowisata tracking mangrove serta pemanfaatan produk olahan mangrove.
Pelatihan tersebut merupakan upaya pemerintah dalam memperkenalkan produk olahan mangrove sebagai salah satu upaya dalam pelestarian ekosistem mangrove sekaligus mendorong usaha ekonomi kreatif baru bagi masyarakat pesisir.
Baca juga: Produk usaha pengolahan mangrove akan dieskpor
Baca juga: Mangrove bisa dimanfaatkan untuk aneka produk penganan
“Kabupaten Badung memiliki potensi ekosistem mangrove berupa avicenia, bruguiera dan rizhopora yang cukup melimpah sehingga dipilih sebagai lokasi pilot untuk produksi produk olahan makanan berbahan baku mangrove,” ungkapnya.
Dalam kegiatan itu, Poklahsar Wana Lestari Badung dipilih sebagai peserta pelatihan karena dianggap cukup berhasil dalam mengolah mangrove sebagai produk olahan sirup mangrove sehingga perlu diberikan peningkatan kapasitas dan kemampuan dalam mengolah produk olahan turunan mangrove sebagai produk dengan ciri khas dan cita rasa yang baik.
Nyoman Suardana berharap, hasil produksi olahan makanan berbahan baku mangrove dapat menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat sekitar sekaligus mempertahankan kelestarian ekosistem mangrove yang ada melalui pemanfaatan buah dan daun mangrove tanpa melakukan perusakan dan penebangan mangrove.
Selain itu, dalam pengelolaannya, pihaknya berharap masyarakat dan pemerintah daerah memiliki semangat dan komitmen bersama untuk terus menjaga kelestarian ekosistem mangrove serta pemanfaatan mangrove secara lestari dan berkelanjutan.
"Kami ingin setelah pelatihan kelompok dapat semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya serta mampu memasarkan secara luas sebagai produk oleh-oleh dan ikon produk unggulan dari Bali," katanya.
Baca juga: Warga Indramayu jadikan mangrove beragam makanan olahan
Baca juga: Buah mangrove bisa jadi makanan olahan, seperti yang dibuat komunitas Bengkulu
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020