Makassar (ANTARA) - Kluster perkantoran dan keluarga mendominasi peningkatan kasus COVID-19 di Sulawesi Selatan, khususnya pada Kota Makassar.

Pakar Epideomologi FKM Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan Amiruddin mengemukakan tracing (penelusuran) dan testing berbasis institusi harus digenjot untuk menjangkau orang-orang yang berpotensi tertular melalui pendekatan yang masif.

"Menurut Pemkot, (testing dan tracing di kantor) sudah berlangsung. Tapi sekarang masuk ke fase kedua untuk lebih menggencarkan tracing," ujarnya di Makassar, Senin.

Prof Ridwan menyebutkan bahwa masih ada sekitar 7000 yang suspek COVID-19 di Kota Makassar, karena itu sangat penting melakukan pendekatan langsung pada institusi.

Baca juga: 10 ribu relawan COVID-19 di tujuh kota se-Indonesia dilatih BNPB

Baca juga: Relawan COVID-19 Sulsel bertambah 1000 orang

"Kalau ada ASN yang terinfeksi maka keluarganya akan disisir, karena kalau terpapar di institusinya pasti dia bawa ke rumahnya," ujarnya.

Selain kluster tersebut, Ketua Tim Konsultan Penanganan COVID-19 Sulsel ini juga khawatir terhadap kluster libur akhir tahun dan menjelang pergantian tahun.

Saat ini, kata dia, kluster libur panjang pada Oktober lalu sudah terlihat. Akibatnya angka positivity rate yang sebelumnya di angka 3 persen, sekarang naik menjadi 11 persen.

"Satu pekan terakhir ada kecenderungan meningkat sedikit, meski tidak terlalu signifikan. Itu akumulasi dari liburan yang panjang, akumulasi kluster keluarga, dan kantor," katanya.*

Baca juga: Seniman Sulsel merefleksikan keprihatinan COVID-19

Baca juga: Angka kesembuhan dari COVID-19 di Sulsel mulai menurun

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020