Mindset bahwa petani kotor, tidak ada untung, itu harus ditinggalkan, karena caranya sudah berubah, manajemen sudah berubah, ada IOT yang dimaksimalkan ....
Jakarta (ANTARA) - Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan penggunaan teknologi informasi, serta Internet of Things" (IOT) memudahkan petani milenial dalam menjalankan bisnis mereka.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menjelaskan bahwa petani milenial yang berusia antara 25-44 tahun dapat fokus untuk mengelola hulu dan hilir pertanian melalui penggunaan inovasi teknologi atau penerapan Industri 4.0.
Sementara itu, lanjut dia, petani kolonial yang berusia 54 tahun ke atas dapat fokus terhadap meningkatkan produktivitas on farm serta menggunakan mekanisasi alat mesin pertanian (alsintan).
Baca juga: Lewat Jambore, Petrokimia Gresik ajak milenial geluti pertanian
"Ada IOT yang dipakai para petani milenial dalam menggerakkan usaha tani. IOT itu ranahnya petani milenial, sedangkan petani kolonial fokus pada bagaimana meningkatkan produktivitas," kata Dedi dalam diskusi yang diselenggarakan BNPB secara virtual, Senin.
Dedi mengatakan dari 33,4 juta petani di Indonesia, sebanyak 3,3 juta di antaranya merupakan golongan petani kolonial. Selain itu petani milenial yang berusia 40 tahun ke bawah hanya berkisar 30 persen.
Artinya, lanjut dia, Indonesia akan mengalami krisis petani pada 10 tahun mendatang karena 70 persen petani sudah tidak lagi produktif. Oleh karena itu Dedi menilai regenerasi petani menjadi penting. Selain itu petani milenial dinilai lebih menguasai teknologi sehingga dapat berkontribusi meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Baca juga: Hari Tani, Mentan tekankan Indonesia butuh regenerasi petani
Selain itu, kata dia,penggunaan teknologi juga diharapkan dapat mengubah paradigma pekerjaan petani yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan berat.
"Mindset bahwa petani kotor, tidak ada untung, itu harus ditinggalkan, karena caranya sudah berubah, manajemen sudah berubah, ada IOT yang dimaksimalkan sehingga hanya perlu memantau lahan dari android," kata Dedi.
Senada dengan itu Ketua Duta Petani Millenial Sandi Octa Susila menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan salah satu BUMN untuk memanfaatkan aplikasi, sehingga pengelolaan lahan dapat dipantau secara real time tanpa harus ke lapangan.
"Kalau dulu saya ke lahan 8 hektare harus keliling melihat situasi, saat ini dalam satu dashboard, semua terdata citra satelit yang melaporkan semua melalui petugas lapangan," kata Sandi yang juga pimpinan Mitra Tani Parahyangan.
Baca juga: Kaum milenial diajak terjun ke dunia pertanian
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020