Kami mengajak milenial untuk makin mencintai dan memakai wastra Nusantara sebagai kebanggaan dan identitas nasional

Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi perancang Indonesia dalam mengolah karya kreatif UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) diharap bisa menciptakan produk turunan bernilai tambah tinggi sehingga wastra Nusantara jadi pilihan utama untuk bergaya, khususnya generasi muda.

"Kami mengajak milenial untuk makin mencintai dan memakai wastra Nusantara sebagai kebanggaan dan identitas nasional," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam Pagelaran Karya Kreatif “Wastra Nusantara Balut Milenial Bergaya”, Minggu.

Dalam rangkaian Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) Seri III yang digelar virtual, dua perancang Indonesia memperlihatkan karya-karya baru dari wastra Nusantara yang dibuat sesuai dengan ciri khas setiap desainer.

Perancang Didiet Maulana mengolah kain Tenun Tanimbar karya UMKM Kelompok Ralsasam binaan BI Provinsi Maluku, sementara Ayu Dyah Andari mengolah kain Tenun Lurik karya UMKM Tugu Mas binaan BI Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca juga: Ratusan helai wastra hadir di Museum Kepresidenan

Destry menegaskan pentingnya UMKM bagi perekonomian Indonesia sebagai sektor yang jadi tulang punggung ekonomi, tingginya kemampuan menyerap tenaga kerja serta kontribusi terhadap perekonomian nasional.

Melalui kantor perwakilan yang ada di berbagai daerah, Bank Indonesia bersinergi dengan kementerian dan lembaga terkait berupaya membina UMKM sisi produksi, pemasaran, dan peningkatan kapasitas keuangan, serta melakukan kegiatan kurasi bekerja sama dengan kurator internasional.

Pagelaran Karya Kreatif Indonesia merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan akses pasar karya kreatif UMKM Binaan BI di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari pengembangan UMKM secara menyeluruh dari hulu ke hilir.

Baca juga: Wastra lebih dari sekadar kain

Hasilnya dapat dilihat dari meningkatnya kualitas karya UMKM-UMKM dari tahun ke tahun di Karya Kreatif Indonesia.

Melalui kerja sama dengan perancang, BI ingin semakin meningkatkan kualitas karya kreatif UMKM, juga mengikuti kebutuhan perancang dan mengikuti selera pasar.

"Kerja sama ini juga menjadi sarana promosi kepada pemakai, pencinta kain, dan masyarakat luas sehingga dapat memasarkan secara internasional melalui peragaan yang diikuti oleh para desainer."

Mengusung tema “UMKM Sahabat Milenial”, pameran KKI Seri III berlangsung pada 20-22 November 2020 dan merupakan seri terakhir yang menutup seluruh rangkaian kegiatan Pameran KKI di tahun 2020.

Tenun lurik yang feminin

Perancang Ayu Dyah Andari mengolah tenun lurik yang diproduksi di Yogyakarta oleh UMKM Tugu Mas, yang berdiri sejak 2005. Ayu merasa bersemangat ketika mendapatkan tenun lurik yang identik dengan motif bergaris.

Ayu menuturkan, salah satu tantangannya adalah menciptakan busana feminin sesuai dengan ciri khasnya dari kain lurik yang punya kesan maskulin.

Dia membuat kain lurik menjadi gaun pesta dan pernikahan yang cantik dipandang dan nyaman dikenakan. Lewat kombinasi tulle dan organdi, tenun lurik ini disulap menjadi gaun-gaun cantik nan feminin.

Baca juga: Wastra Nusantara Warnai Karya Siswa Sekolah Mode Italia

Karya Ayu Dyah Andari dari tenun lurik (Tangkapan layar YouTube)
Karya Ayu Dyah Andari dari tenun lurik (Tangkapan layar YouTube)

Untuk menyeimbangkan motif garis-garis serta hiasan mawar yang ramai, Ayu hanya menonjolkan dua warna di setiap busananya, sesuai dengan tenun lurik yang ia dapatkan.

Bagian dada dan ujung tangan dihiasi dengan lurik, dibentuk menjadi pita yang manis, dihiasi dengan bordir di bagian dada. Kain tulle dimanfaatkan untuk bagian rok yang lebar mengembang, memperlihatkan gaya feminin.

Bordir dan hiasan berbentuk bunga mawar melengkapi koleksi-koleksi menawan dari tangan Ayu. Meski dipadukan dengan berbagai bahan dan hiasan, tenun lurik tetap menjadi fokus dari koleksi ini.

"Kita tetap mengangkat kain lurik sebagai bintang utamanya," ujar Ayu.

Tenun Tanimbar

Sementara Didiet Maulana mengolah karya dari kelompok Tenun Ralsasam asal Maluku. Kelompok beranggotakan 17 orang ini sudah memproduksi tenun ikat sejak 2010.

"Harapan kami dari kelompok tenun Ralsasam, dari instansi terkait bisa terus mendukung," kata Niko Watumlawar dari Tenun Ikat Ralsasam.

Baca juga: "Aku dan Kain", perjalanan Oscar Lawalata mencari wastra Nusantara

Didiet Maulana menuturkan kolaborasi dengan Bank Indonesia ini merupakan peluang baik untuk mengenalkan tenun Tanimbar kepada masyarakat. Didiet mengapresiasi upaya Bank Indonesia yang tak cuma membantu di bidang promosi, tapi juga melatih UMKM sebagai bentuk persiapan dari hulu ke hilir.

Didiet mengatakan, daya tarik dari kain Tanimbar adalah motif garis-garis yang punya makna mendalam.

"Ada filosofinya yang membuat garis-garis tidak hanya garis tapi dia merangkum cerita dari kisah yang ada di Tanimbar."

Karya Didiet Maulana dari kain Tenun Tanimbar karya UMKM Kelompok Ralsasam binaan Bank Indonesia Provinsi Maluku (Tangkapan layar YouTube)

​​​​​​​Didiet berharap busana-busana yang dibuat dari tenun Tanimbar bisa menginspirasi pencinta fesyen untuk mengenal, juga mengetahui bahwa tenun Tanimbar cocok untuk dikenakan dalam berbagai kesempatan, mulai dari gaun malam hingga busana kerja, dan tetap nyaman saat dipakai.

Didiet membuat berbagai siluet bervariasi untuk berbagai kesempatan. Dia memadukan celana pipa hitam dengan motif garis-garis besar dengan atasan lengan panjang senada, tapi motifnya lebih kecil. Bagian tangannya tetap polos, sehingga tampilan tidak terkesan ramai.

Baca juga: Kisah di balik sarung kesayangan Nadine Chandrawinata

Dia juga membuat blazer dengan paduan warna cokelat tua dan cokelat muda, motif garis vertikal dan horizontal berpadu manis. Coat ini melapisi atasan berwarna kekuningan dengan bawahan cokelat muda.

Ada juga gaun panjang pas badan dengan padanan warna merah dan hitam. Bagian dada dihiasi tenun yang saling menyilang, dengan potongan tangan yang lebar. Bagian pinggang hingga pergelangan kaki terdiri dari rok span dengan bukaan di bagian belakang.

Tenun Tanimbar sekilas terlihat seperti punya tekstur yang tebal, namun setelah dipegang dan dikenakan, ternyata kain ini nyaman untuk dipakai.

"Jadi istilahnya 'Tak Kenal Maka Tak Sayang' karena harus pegang dulu, harus pakai dulu, baru melihat betapa nyamannya kain ini."

Dia berharap kerja sama dengan Bank Indonesia ini bisa menjadi pintu gerbang untuk mengenalkan kain pengrajin Tanimbar ke penjuru Nusantara.

Kolaborasi apik antara UMKM dan perancang busana yang mengolah wastra Nusantara seperti ini sungguh telah menciptakan inovasi yang bernilai, tidak hanya bagi pelestarian warisan leluhur, tapi juga manfaat ekonomi untuk membuka peluang produk nasional makin dicintai anak-anak milenial bangsa dan juga di pasar internasional.

Baca juga: Tenun songket berusia ratusan tahun dari kerajaan Nusantara dipamerkan

Baca juga: Tenun Dayak Iban Yurita gunakan pewarna alami

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020