Madrid (ANTARA News/Reuters) - Tiga tersangka anggota kelompokseparatis Basque ETA, yang dituduh memasang bom mobil di bandara Madridpada 2006 yang menewaskan dua orang Ekuador, menolak berbicara dipengadilan ketika persidangan mereka mulai digelar di ibukota Spanyol,Senin.

Pemboman itu telah menghancurkan perundingan perdamaianyang bertujuan mengakhiri kekerasan empat dasawarsa oleh kelompoktersebut, yang berjuang untuk mendirikan negara merdeka di wilayahSpanyol utara dan Prancis baratdaya.

Igor Portu, Martin Sarasola dan Mikel San Sebastian bisa menghadapihukuman penjara hingga 900 tahun masing-masing jika terbukti bersalahatas dua pembunuhan, 41 usaha pembunuhan dan kerusakan teror, meskimenurut undang-undang Spanyol hukuman maksimum 40 tahun.

"Saya tidak mengakui pengadilan fasis ini dan saya tidak akan mengambilbagian di dalamnya," kata Sarasola kepada pengadilan di Basque.

Persidangan di Spanyol yang melibatkan para pendukung ETA berlangsungberbulan-bulan di masa silam, namun saluran televisi pemerintah La1melaporkan bahwa persidangan ini mungkin berakhir pekan ini.

ETA mengklaim bertanggung jawab atas pemboman besar di Terminal 4Bandara Madrid pada malam Tahun Baru pada 2006 namun mengatakan, merekatidak ingin membunuh siapa pun.

Telefon peringatan diberikan sebelum bom itu meledak dan bangunanbandara dikosongkan, namun Diego Armando Estacio dan Carlos AlonsoPalate yang sedang tertidur di dalam mobil mereka tewas di tempatparkir terminal itu, yang hancur akibat ledakan tersebut.

Akibat pemboman itu, pemerintah Sosialis Perdana Menteri Jose LuisRodriguez Zapatero menghentikan proses perdamaian yang dimulai setelahETA mengumumkan "gencatan senjata permanen" pada Maret 2006.

Spanyol dan Prancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang bertanggungjawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 41 tahun merekauntuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah Spanyol utaradan Perancis baratdaya.

ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad kelahiranmereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalismahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan JendralFrancisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yangmelemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lamarelatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untukmembuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadappemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaanbagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar,dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Serangan fatal yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni 2009, ketikasebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teroris di kota Bilbao,Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalamoperasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan merekamelalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkanmayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaanwilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA JurdanMartitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empatorang dalam waktu kurang dari setahun.
(M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010