Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, para pembeli gas Senoro memberi batas waktu (dateline) hingga Juni 2010.

"Mereka beri waktu hingga bulan depan," kata Direktur Hulu Pertamina Bagus Setiardja di Jakarta, Senin.

Para pembeli Senoro tersebut adalah dua pembeli asal Jepang yakni Chubu Electric Power Co Ltd dengan volume sebanyak satu juta ton per tahun dan Kyushu Electric Power Co 300 ribu ton, dan satu pembeli Korea, Korea Gas Corp (Kogas) 700 ribu ton.

Menurut Bagus, para pembeli Jepang dan Korea tersebut menunggu kepastian rencana proyek pembangunan kilang gas alam cair (LNG) Senoro tersebut.

Saat ini, proyek gas Senoro masih menunggu keputusan Wapres Boediono.Wapres masih meminta data tambahan dari Pertamina dan Kementerian ESDM.

Sebelumnya, Komisi VII DPR mendesak Wakil Presiden Boediono segera memutuskan kelanjutan proyek gas Senoro di Sulawesi Tengah (Sulteng) itu.

Sementara itu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam suratnya No S-36/M.EKON/03/2010 kepada Wapres Boediono tertanggal 8 Maret 2010 menyatakan pihaknya setuju dengan usulan Menteri ESDM Darwin Saleh yakni pengembangan gas Senoro menggunakan opsi kombinasi ekspor dan domestik yakni buat pupuk dan PLN.

Opsi tersebut, lanjut Hatta dalam suratnya, sudah didukung hasil kajian independen Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB) sesuai arahan Wapres.

Dalam kajiannya, LAPI ITB menyarankan, gas Senoro dikembangkan dengan skenario ekspor LNG sebesar 335 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan pemakaian dalam negeri bagi PT Pusri 60 MMSCFD dan PT PLN 30 MMSCFD.

Sebelumnya, Menteri ESDM Darwin Saleh dalam surat bernomor 1227/13/MEM.M/2010 kepada Menko Perekonomian Hatta Rajasa tertanggal 25 Fabruari 2010 menyatakan, skenario terbaik pengembangan Senoro adalah kombinasi ekspor dan domestik.

Surat Darwin juga menyebutkan, volume ekspor gas sebesar 335 MMSCFD dapat diganti dari Blok Mahakam 225 MMSCFD dan pengalihan kontrak Sempra dari Tangguh sebesar 105 MMSCFD.

Selanjutnya, proyek terminal LNG di Sumatera Utara dan Jawa Barat dapat memanfaatkan pasokan Mahakam dan Tangguh tersebut.

Darwin dalam suratnya juga mengatakan, proyek Senoro telah melalui proses tender dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan, harga, dan kualitas penawaran.

Selain itu, biaya pembangunan kilang tidak masuk komponen cost recovery, sehingga tidak membenani negara.

Biaya engineering, procurement, and construction kilang sebesar 850 dolar AS per ton sudah sesuai harga pasar saat ini.(K007/B012)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010