Apalagi di keadaan pandemi saat ini saya sangat salut dan bangga melihat selalu ada saja kejutan yang diberikan oleh PPI Malaysia dengan membanjiri sosmed dengan hal-hal yang positif ini sangat bagus sekali. Inilah generasi bangsa yang diharapkan ses
Kuala Lumpur (ANTARA) - Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia serta Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sepakat untuk membangkitkan sektor pariwisata pada era pandemi COVID-19 sebagai bagian dari generasi digital.
Komitmen tersebut tertuang pada seminar virtual tentang "Peran Milenial di Era New Normal dan Pengaruh Promosi Digital Terhadap Roda Perekonomian dan Industri Pariwisata" dengan pembicara Direktur Komunikasi Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Martini Paham, Jumat malam.
Seminar tersebut diselenggarakan sebagai rangkaian penutup Lomba Esai program Solitude 2020 yang diselenggarakan PPI Malaysia.
Pada kesempatan tersebut Martini menjelaskan bahwa yang terjadi di dunia pariwisata yang dilanda oleh pandemi COVID-19 memang sangat membawa dampak yang luar biasa bagi sektor pariwisata Indonesia.
"Jika usahawan roti masih bisa saja berbisnis dengan pelayanannya melalui pengiriman online, dengan ini masih bisa untuk mendapatkan pemasukan, akan tetapi kalau pariwisata memang untuk menikmatinya harus datang ke tempat wisata itu sendiri dan barulah mendapatkan profit," katanya.
Dalam keadaan pandemi ini sektor pariwisata di Indonesia memang mengalami penurunan yang sangat signifikan.
"Lalu bagaimana cara untuk bangkit dari keterpurukan? Yang pertama sekali pembenahan destinasi, program ini ialah kami menginformasikan kepada publik wilayah atau daerah wisata mana yang zone hijau aman dari penularan COVID-19, kedua selalu melihat 'insight' dan guna mengetahui perkembangan dari minat wisatawan ke daerah mana yang menjadikan destinasinya," katanya.
Dan yang ketiga mengikuti webinar dan mengajak kolaborasi antar komunitas yang memiliki pengaruh besar terhadap publik tentunya ini akan membantu mempromosikan daerah destinasi yang aman untuk berwisata.
Keempat, ujar dia, harus yakin bahwa kita ada di dalam "market" dan yang perlu dilakukan hanya terus menerus untuk mengenalkan agar nanti setelah pandemi tempat kita akan menjadi target kunjungan pariwisata.
"Karena apabila Indonesia dan dunia sudah normal kembali dan membuka pintu wisatawan lokal maupun internasional, maka kita boleh langsung bisa mengeksekusi yang terdahulu yang sempat tertunda, dan yang terpenting dari wisata ini ialah tetap mengikuti protokol kesehatan," katanya.
Namun demikian ada tiga kategori wisata yang perlu ditakutkan sekaligus bisa ditargetkan, yang pertama orang yang liar, artinya baru keluar dari kandang yang biasanya tidak mematuhi protokol kesehatan, kedua orang yang cenderung takut untuk keluar karena trauma dengan corona dan ketiga wisatawan yang memiliki persiapan bagus dan menjaga protokol kesehatan.
PPI Malaysia berpandangan akan bersinergi untuk memajukan pariwisata Indonesia bersama pihak-pihak terkait apalagi dengan bersekolah di luar negeri rasa cinta terhadap bangsa akan semakin besar.
Sementara itu saat penutupan akhir dari lomba esai program Solitude 2020 Ketua PPI Malaysia, M. Rajiev Syarief mengatakan PPI Malaysia selalu berperan aktif untuk melakukan kreatifitas dan kegiatan yang berproduktif walaupun pada era pandemik.
Sedangkan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, Mukhammad Farid Makruf menyatakan mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh PPI Malaysia.
"Apalagi di keadaan pandemi saat ini saya sangat salut dan bangga melihat selalu ada saja kejutan yang diberikan oleh PPI Malaysia dengan membanjiri sosmed dengan hal-hal yang positif ini sangat bagus sekali. Inilah generasi bangsa yang diharapkan sesungguhnya," katanya.
Baca juga: Protokol kesehatan di tengah mulai pulihnya geliat wisata
Baca juga: Indonesia ajak negara Asia pulihkan ekonomi lewat sektor pariwisata
Baca juga: Harapan baru pariwisata Indonesia dari model bisnis inklusif
Baca juga: Kemenparekraf siapkan program diskon pariwisata untuk 2021
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020