"Tahun ini ada 267 sekolah yang seratus persen siswanya tidak lulus UN. Kami melihatnya fenomena ini bukan semata-mata kesalahan di pihak sekolah, tapi orang tua juga turut memengaruhinya," katanya di Surabaya, Minggu.
Ia memastikan, tidak ada yang salah dan tidak normal pada diri anak-anak. "Semuanya benar dan normal pada diri anak-anak," katanya dalam peluncuran buku berjudul "Hypnotherapy for Children" itu.
Adi mengungkapkan, suatu ketika pernah didatangi orang tua yang memiliki anak dengan skor IQ di atas rata-rata, 130. Namun prestasi akademik anak itu jeblok, padahal sudah mengikuti kursus privat setiap hari.
"Anak itu mampu mengerjakan soal yang diberikan guru lesnya setiap hari dengan sangat baik, tetapi setiap kali ujian di kelas anak itu `blank` dan tidak ingat apa yang dia pelajari sebelumnya," kata Adi yang juga berprofesi sebagai terapis itu.
Kondisi seperti anak itu saat ini juga terjadi pada beberapa siswa yang mengikuti UN. Bahkan, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf sebelumnya juga menyatakan, kegagalan siswa dalam mengerjakan soal-soal UN bukan murni faktor akademik.
Namun Adi menguraikan persoalan itu dalam lima kategori permasalahan yang harus ditemukan oleh orang tua pada diri si anak, yakni pola kebiasaan, perasaan takut, perilaku, prestasi, dan citra diri.
"Kalau lima permasalahan si anak itu sudah ditemukan, orang tua bisa mengubahnya secara perlahan," katanya di depan puluhan orang tua yang mendengarkan paparannya tentang hipnoterapi pada anak itu.
Dalam kesempatan itu, Adi juga mengingatkan orang tua tidak menganggap guru dan terapis sebagai penentu. "Orang tua yang modelnya seperti ini tipe orang tak bertanggung jawab. Bagi mereka, anak ibarat baju. Kalau kotor, tinggal dibawa ke binatu untuk dicuci, diberi pewangi, dan setrika, baru dibawa pulang," katanya.
Padahal untuk menjadikan anak berkembang, lanjut dia, ada pola kerja sama antara orang tua, guru/tenaga pendidik, terapis, dan anak.
(T.M038/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010