Jakarta (ANTARA News) - Guru besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof Dr Hamdi Muluk mengingatkan elite politik agar tidak mengkhianati kepercayaan publik khususnya dalam kasus Bank Century karena akan sangat berbahaya.
"Sekali mengkhianati kepercayaan publik akibatnya sangat berbahaya. Publik bisa mengamuk, peristiwa 98 bisa terjadi lagi," kata Hamdi Muluk pada diskusi "Menebak Arah Skandal Century Pasca Pemeriksaan Boediono-Sri Mulyani" di Jakarta, Minggu.
Lebih lanjut Hamdi Muluk mengatakan, saat ini secara psikologi masyarakat banyak sudah "anti politik".
Karena itu, tambahnya, meminta partisipasi aktif masyarakat khususnya dalam kasus Bank Century tidak mungkin.
"Tapi legitimasi moral harus direbut. Publik yang aktif mengikuti paling banyak lima persen tapi kalau publik marah bahaya," kata Hamdi Muluk.
Muluk mencontohkan, kasus Bibit-Chandra di mana masyarakat punya cara berfikir sendiri dan cara bertindak sendiri.
Menurut dia, publik selalu punya logika sendiri yang masuk akal. Tetapi mengharapkan publik mau melakukan sesuatu akan sangat sulit.
"Kasus Century publik bisa menilai sendiri tinggal meyakinkan publik ini," kata Muluk.
Karena itu Muluk menjelaskan harus ada orang yang konsisten mengatakan itu uang Rp6,7 triliun itu besar.
"Kita tunggu seorang visioner, dan publik butuh diyakinkan," kata Hamdi Muluk.
Sementara menurut Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi mengatakan, pasca pemeriksaan Boediono-Sri Mulyani akan muncul pertikaian-pertikaian.
Menurut Massardi, saat ini antara Wapres Boediono dan Presiden SBY sudah mulai muncul pertikaian.
Massardi menjelaskan pemeriksaan Wapres Boediono yang berlangsung di wisma negara bukan di Istana Wapres memperlihatkan benih-benih pertikaian.
"Wapres Boediono kemarin dengan cerdas menarik `senjata` mengarah ke Istana Negara. Boediono dengan cerdas mengatakan ke masyarakat persoalan Century ini bukan di Istana Wapres tetapi persoalannya di Istana Presiden," kata Massardi.
Sementara pengamat politik UI Boni Hagens menilai, pemeriksaan Boediono-SMI ini merupakan taruhan terakhir KPK.
"Ini taruhan politik terakhir KPK apakah serius memeriksa atau KPK akan hilang dan dianggap masyarakat tak mampu," katanya.
Boni mengaku khawatir akan terjadi tukar guling kasus terjadi. Boni mencurigai kasus Bibit-Chandra akan ditukar guling dengan kasus Bank Century.(J004/A024)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010