Gurumya adalah ayah dan bunda, dan karena keadaanya darurat, materinya juga harus kurikulum darurat

Jakarta (ANTARA) - Psikolog anak dr. Seto Mulyadi mengajak para orang tua untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak tidak bosan saat harus belajar di rumah di tengah pandemi COVID-19.

"Kunci utamanya adalah komunikasi, komunikasi yang efektif," kata Seto Mulyadi atau lebih akrab disapa Kak Seto dalam konferensi pers virtual Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 dalam rangka memperingati Hari Anak Sedunia di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan untuk mencapai komunikasi yang efektif, para orang tua diharapkan dapat memosisikan anak sebagai sahabat, bukan sebagai bawahan yang harus menerima perintah.

"Anak-anak rindu ingin bertemu teman-temannya. Maka mohon ayah dan ibu memosisikan juga sebagai teman. Jadi perlu persahabatan, tidak ada kekerasan, tidak ada pemaksaan, dan sebagainya," kata dia.

Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, katanya, para orang tua juga diajak untuk menerapkan pembelajaran jarak dekat (PJD), bukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dengan PJJ, para anak diharuskan belajar secara daring, belajar dengan bertatap muka dengan gurunya dari jarak jauh melalui layar komputer.

Baca juga: Kasus TPPO anak-perempuan fenomena gunung es, sebut: KPPPA

Padahal, kata Kak Seto, kemampuan anak untuk terus menatap layar komputer selama berjam-jam bisa membuatnya pusing, lelah dan bisa juga menjadi bosan.

Hal itu, akan membuat suasana belajar menjadi kontraproduktif dengan tujuan utama anak-anak belajar, selain juga membuatnya tidak optimal.

"Bikin pusing, bikin lelah, akhirnya jadi kontraproduktif. Jadi tidak optimal. Bahkan akhirnya jadi bosan, benci belajar dan bisa fobia terhadap belajar," katanya.

Untuk itu, ia menyarankan agar PJJ tersebut diganti menjadi PJD. Dengan pembelajaran jarak dekat, artinya anak-anak tidak lagi harus belajar jarak jauh secara daring, tetapi belajar bersama orang tua yang menggantikan posisi guru.

"Jadi belajarnya bukan belajar dari rumah menatap ke sekolah, tapi belajar di rumah, belajar dengan gembira. Gurumya adalah ayah dan bunda, dan karena keadaanya darurat, materinya juga harus kurikulum darurat," demikian kata Kak Seto.

Baca juga: Peringati Hari Anak, IDAI peringatkan 11,3 persen anak kena COVID-19
Baca juga: Menteri PPPA: Memprioritaskan anak adalah pekerjaan setiap hari

Pewarta: Katriana
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020