Jakarta (ANTARA News) - Jejak kehidupan keras para pekerja angkut lepas belerang dan petugas sulfatara di kawasan Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, terekam dalam pameran foto yang digelar di Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA), Pasar Baru, Jakarta, selama 17 hari mulai Sabtu malam.
Lebih dari seratus orang, termasuk para penikmat foto dan fotografer, memadati ruangan galeri dan halaman gedung bersejarah GFJA untuk menghadiri acara pembukaan pameran foto bertajuk "The Kawah Ijen`s Warriors" yang dimeriahkan dengan konser musik bergenre "Blues" itu.
Pembukaan pameran foto hasil karya lima fotografer muda yang pernah menimba ilmu di GFJA itu bertepatan dengan peringatan Hari Buruh se-Dunia 1 Mei.
Pengusaha nasional Arifin Panigoro membuka pameran foto yang merekam serpihan kisah hidup para pekerja keras dan petugas sulfatara di ketinggian 2.368 meter di bawah permukaan laut Kawah Ijen itu.
Dalam sambutannya, pengusaha kelahiran Bandung 14 Maret 1945 yang pernah aktif di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengingatkan pentingnya perbaikan kesejahteraan para buruh di Tanah Air.
Pandangan serupa disampaikan Direktur Pemberitaan LKBN ANTARA, M. Saiful Hadi. Ia mengatakan, para buruh angkut lepas belerang di Kawah Ijen itu merupakan sketsa pekerja ulet yang perbaikan pendapatan dan kesejahteraan mereka sepatutnya merupakan tugas bersama berbagai pemangku kepentingan bangsa.
Sementara itu, Kurator GFJA, Oscar Motuloh, menggambarkan Kawah Ijen yang menaungi 300-an pekerja angkut lepas dan puluhan petugas sulfatara itu sebagai "kawah harapan".
Di kawah harapan itu mereka menggantungkan hidup untuk keluarga mereka. "Meskipun perawakan mereka, khususnya pekerja angkut yang terlihat kokoh dan kuat, langkah mereka tampak tertatih saat kaki menjejak areal pos pembayaran di Patuding, Banyuwangi," katanya.
Melalui puluhan foto karya Andi Ari Setiadi, Barmen Simatupang, Budi Chandra, Mahatma Putra, dan Panji Wijaya itu, para pengunjung pameran seakan ikut menyelami jejak kehidupan keras para pekerja dan keluarganya yang bersahaja.
"Ketika suara-suara lirih pikulan bambu yang beradu dengan pundak kokoh pekerja angkut belerang di Kawah Ijen, maka sesungguhnya suara derita yang bercampur dengan sengal nafas mereka telah mengajarkan pada kita perihal paradoks keseharian kehidupan mereka yang mulai, bersahaja, dan jujur," kata Oscar dalam sambutannya dalam pengantar buku pameran itu.
Acara pembukaan pemeran yang penyelenggaraannya didukung kalangan komunitas GFJA itu, hadir pula Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf.
(T.R013/Z002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010