"Setelah melakukan audiensi ke beberapa Kabupaten/Kota dan diskusi yang dilakukan dengan pimpinan di daerah, rata-rata memang telah menyatakan kesiapannya karena sudah memiliki instalasi farmasi (gudang farmasi-red) dengan alat-alat pendukungnya," katanya, Kamis.
Bagus mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan secara langsung terhadap seluruh instalasi farmasi yang tersedia di Sumut.
"Sehingga nantinya, ketika vaksin sudah siap, kita sudah memiliki peta dan jangan sampai pendistribusiannya terlambat. Tapi saya kira di Sumut tidak ada masalah, karena jejaringnya sudah kuat," jelasnya.
Menurutnya, masalah volume instalasi farmasi ini memang menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih.
"Meski kita memang belum tahu bagaimana tahapan distribusinya nanti. Hanya saja yang namanya vaksin kan harus segera disuntikkan," ujarnya.
Sebab, Bagus menambahkan, kata kunci dari pemberian obat ataupun makanan tidak hanya bermutu dan berkhasiat saja, melainkan juga harus aman. Untuk itu, menurut dia, sejalan dengan penyimpanan, kesiapan tenaga kesehatan juga harus sejalan.
"Begitupun kami juga akan terus memberikan informasi kepada masyarakat melalui komunikasi informasi edukasi, terutama terkait perkembangan vaksin yang terjadi secara dinamis ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Badan POM RI Penny Lukito dalam konferensi pers di Youtube mengatakan, Emergency Use of Authorization (EUA) vaksin COVID-19 Sinovac diharapkan akan bisa keluar pada minggu ketiga atau keempat bulan Januari 2021.
"Harapannya, Januari minggu ketiga dan keempat itu bisa mendapatkan EUA, apabila itu juga data-data yang ada lengkap," ungkapnya.
Penny menyebutkan, berdasarkan data hasil uji klinis dari China untuk fase I-II full report sudah didapatkan BPOM, terkait keamanan dan efisiensi dari vaksin Sinovac tersebut.
Baca juga: Vaksin COVID-19 buatan Sinovac picu respons imun cepat
Untuk data fase ketiga belum bisa didapatkan, karena data dari Brasil yang sudah lebih dulu melakukan uji klinis fase ketiga dibandingkan di Indonesia, belum bisa didapatkan.
Dia mengaku, berdasarkan komunikasi dengan pihak Sinovac dan Brasil sebagai tempat pelaksanaan uji klinik akan digunakan sebagai data pengganti, tapi ternyata membutuhkan waktu untuk analisa.
"Data tersebut baru bisa kita terima sekitar Januari minggu pertama atau kedua. Ini masih ekspektasi, BPOM dalam hal ini masih menunggu, karena yang menganalisa adalah tim peneliti," ujarnya.
Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020