"Saya sangat menyesalkan pembubaran acara pelatihan HAM untuk waria," kata Hesti Armiwulan, di Depok, Jabar, Jumat.
Menurut dia, acara pelatihan Hukum dan HAM ini merupakan program yang rutin diadakan Komnas HAM dan diberikan kepada semua elemen masyarakat, termasuk kepada waria.
"Sebagai warga negara waria juga butuh perlindungan terhadap hak-hak mereka maka kita berikan pelatihan," katanya.
Pelatihan diikuti oleh 30 peserta yang merupakan perwakilan dari tiap provinsi di Indonesia. Harapannya, setelah pelatihan ini, para peserta dapat menyebarkan ilmu yang didapatnya kepada komunitasnya di daerah.
"Kita juga akan memilih duta HAM dari kalangan waria," ujarnya.
Menurut dia, kericuhan yang sempat terjadi hanyalah suatu bentuk kesalahapahaman. Untuk memastikan agar acara ini dapat berlangsung terus, maka pihak Komnas HAM, peserta, dan pihak Ormas yang merasa terganggu dengan acara ini perlu duduk bersama.
"Kita perlu dialog bersama agar ada saling pengertian, sehingga tidak perlu dengan cara kekerasan," jelasnya.
Dikatakannya bahwa untuk menyelenggarakan acara ini pihaknya telah membuat surat pemberitahuan kepada pihak hotel, yang juga menjadi surat ke polisi.
Hesti juga mengatakan acara pelatihan HAM tersebut akan terus dilanjutkan hingga acara selesai.
Sementara itu, pihak kepolisian memperketat penjagaan di lokasi acara pelatihan HAM bagi waria tersebut, dengan menambah aparat keamanan agar tidak terjadi kericuhan kembali.
Untuk meredam aksi massa FPI, Kapolres Depok Kombes Saidal Mursalin dan Wakil Kapolres AKBP Ahmad Subarkah serta Kabag Ops Kompol Dramayadi terjun langsung mengawasi jalannya proses pengamanan terhadap waria tersebut.
Guna meredam aksi massa FPI maka pihak keamanan juga sempat mengevakusai sejumlah waria dengan menggunakan bus miniarta ke suatu tempat.
Kabag Ops Kompol Dramayadi menyesalkan adanya kekerasan dalam acara pelatihan HAM bagi waria tersebut. "Seharusnya adakan dialog terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan," katanya.
(T.F006/S022/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010