Insiden kericuhan yang disebabkan penyusupan massa pendukung lawan politik kandidat itu tergambar dalam simulasi pengamanan pemilihan kepala daerah (pilkada) di halaman Mapolres Trenggalek, Kamis.
Peristiwa itu digambarkan bermula dari calon bupati menyampaikan visi dan misi dalam kampanye di lapangan terbuka. Tiba-tiba massa yang mengikuti jalannya kampanye berubah beringas dan melempari podium secara membabi-buta.
Saat itu juga tim pengawal kandidat dan petugas keamanan segera mengevakuasi calon bupati. Massa pun dihalau untuk menghindari kericuhan tersebut berlanjut.
"Massa yang berjumlah ratusan ini kemudian bentrok dengan pasukan anti-huru-hara (PHH) yang berusaha memukul mundur sekaligus memecah konsentrasi," kata seorang petugas dalam memantau simulasi pengamanan pilkada.
Simulasi itu melibatkan sekitar 320 personel kepolisian dan disaksikan pasangan calon bupati dan wakil bupati yang akan berkompetisi dalam Pilkada Trenggalek, 2 Juni mendatang.
Beberapa calon yang turut menghadiri simulasi itu adalah pasangan cabup-cawabup independen Mahsun Ismail-Joko Irianto dan Cawabup Samsuri. Sementara itu, Cabup Mulyadi dan Cabup Soeharto tidak terlihat dalam acara itu.
Tak ketinggalan, anggota KPU Kabupaten Trenggalek dan jajaran muspida juga menyaksikan simulasi tersebut.
Kepala Polres Trenggalek AKBP Eddy Hermanto mengatakan kegiatan tersebut bagian dari persiapan pengamanan pilkada.
"Sesuai prosedur, Polres Trenggalek akan mengerahkan sekitar dua pertiga kekuatan untuk melakukan pengamanan. Konsentrasi pengamanan akan diperketat pada titik-titik daerah rawan terjadinya konflik," kata kapolres.
Informasi yang dihimpun dari lingkungan Pemkab Trenggalek, anggaran yang dialokasikan untuk petugas kepolisian yang mengamankan pilkada mencapai Rp774 juta.
Anggaran pengamanan juga dialokasikan kepada Kodim 0806 Trenggalek dan CPM, masing-masing sebesar Rp132,8 juta dan Rp5,5 juta. (M038/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010