Para petani menyebutkan biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan mesin produksi penanaman padi mencapai sekitar Rp3 juta.Penajam (ANTARA) - Kalangan petani di Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, sampai saat ini masih menggunakan pola tanam tradisional yaitu tanam benih langsung dengan alasan biaya lebih murah.
"Kami sulit untuk merubah pola tanam padi karena dengan menggunakan mesin biaya lebih mahal, kami bertahan dengan pola tabela (tanam benih langsung," ungkap salah satu petani Kecamatan Babulu, Wahid ketika ditemui di Penajam, Kamis.
Para petani menyebutkan biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan mesin produksi penanaman padi mencapai sekitar Rp3 juta.
Biaya tersebut termasuk untuk pembelian bibit padi dan kebutuhan lainnya dengan luasan sawah satu hektare.
Baca juga: Ulat penggerek batang serang padi petani Penajam
Sementara dengan menggunakan pola Tabela jelas Wahid, petani hanya mengeluarkan biaya ratusan rupiah saja.
"Petani menghitung kalau dengan pola Tabela hasilnya lebih kurang saja, jadi lebih baik gunakan pola lama agar tidak mengurangi pendapatan," ujarnya.
"Informasinya biaya sewa mesin dengan semuanya termasuk bibit padi sekitar Rp3 juta, petani sudah terima jadi," tambahnya.
Kalau menggunakan pola tanam benih langsung menurut Wahid, biayanya hingga rampung sekitar Rp600.000 sampai Rp700.000.
Baca juga: BMKG: pola lama tak dapat prediksi cuaca
Kendati lebih rawan terhadap serangan hama dengan pola Tabela, namun sejumlah petani tetap menggunakan pola tanam padi tradisional tersebut.
Harapan petani dengan masih menggunakan pola Tabela tersebut kata Wahid, tidak mengurangi pendapatan.
Petani juga menilai budidaya tanaman padi anjuran pemerintah melalui pengaturan jarak tanam atau menggunakan mesin penanaman padi kurang efesien.
Baca juga: Kalbar dapat perluasan areal tanam padi Kementan seluas 21.736 hektare
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020