"Saya diberi teguran dari Bank Bukopin untuk Rezky, lalu Pak Nurhadi kaget dan marah-marah dengan mengatakan, 'Saya juga tahu bank, kamu jangan fitnah'. Saya bilang saya tidak ngerti, Bank Bukopin mengatakan macet sekitar Rp97 miliar," kata saksi Rahmat Santoso di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu.
Rahmat adalah adik ipar Nurhadi dan adik kandung dari istri Nurhadi, Tin Zuraida.
Rahmat menjadi saksi untuk dua terdakwa, yaitu mantan sekretaris MA Nurhadi dan menantunya, Rezky Herbiyanto, yang didakwa menerima suap sejumlah Rp45,726 miliar dari Direktur Utama PT Multicon Indrajaya Terminal (MIT) 2014—2016 Hiendra Soenjoto dan gratifikasi senilai Rp37,287 miliar dari sejumlah pihak pada periode 2014—2017.
Baca juga: Saksi sebut Hiendra minta tolong Iwan Bule agar bebas dari tahanan
"Rezky ternyata menjaminkan rumah Hang Lekir (Jakarta), rumah di Sidosermo (Surabaya), di kebun sawit, dan lainnya," ungkap Rahmat.
Padahal, aset-aset tersebut menurut Rahmat bukan atas nama Rezky.
"Setahu saya rumah di Hang Lekir atas nama kakak saya Tin Zuraida dan Lia," kata Rahmat.
Lia yang dimaksud adalah Rizki Aulia Rahmi, istri Rezky, yang merupakan anak Nurhadi dan Tin Zuraida.
Rahmat pun akhirnya menyarankan kepada pihak Bank Bukopin untuk mengirim surat kepada Nurhadi.
"Saya sendiri kaget karena aset ini nama keponakan saya Lia dan Ibu Tin Zuraida, jadi mereka juga tidak tahu dijaminkan, saya juga bingung, saya sempat ribut sama Pak Nurhadi dan Pak Nurhadi mengatakan, 'Kamu jangan fitnah, loh'," ungkap Rahmat.
Untuk menyelesaikan persoalan utang piutang Rezky dengan Bank Bukopin akhirnya Nurhadi meminta tolong Rahmat.
"Setelah ketemu Pak Nurhadi dan memang ternyata ada kredit macet di Bank Bukopin Pak Nurhadi mengatakan, 'Aku minta tolong kamu saja, ada uang tidak segitu?' Saya katakan: 'Saya tidak ada uang sejumlah itu, tapi bagaimana kalau rumahnya saja dibeli'," kata Rahmat.
Akhirnya Rahmat pun membeli rumah keluarga Nurhadi di Hang Lekir, Jakarta.
Baca juga: Menantu Nurhadi disebut minta "fee" Rp500 juta untuk bantu perkara
"Saya akhirnya beli rumah itu tetapi uangnya kurang, jadi saya pakai uang bank lagi. Rumah Hang Lekir sekitar Rp20 miliar, lalu saya masukkan (jaminkan) lagi ke Bank Bukopin menjadi Rp35 miliar atau Rp40 miliar," ungkap Rahmat.
Rahmat awalnya ingin menjual rumah tersebut tetapi belum dilakukan.
"Jadi, aset di Hang Lekir atas nama saya, tadinya mau saya jual tetapi harga aset turun terus, apalagi kondisi seperti sekarang ini, saya tidak kuat bayar bank, jadi saya minta tolong kepada kawan saya untuk beli rumah itu," kata Rahmat.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020