Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Dua pelaku bom bunuh diri menyerang pospemeriksaan polisi di Baghdad selatan, Rabu, merenggut lima jiwa danmencederai 10 orang, termasuk sejumlah polisi.

Serangan ituterjadi di distrik Abu Dsheer, kata polisi, dan berlangsung di tengahketegangan politik ketika aliansi dukungan Sunni yang berada di tempatpertama dalam pemilihan umum Maret menuduh kelompok-kelompok pimpinanSyiah berusaha melucuti hak mereka untuk membentuk pemerintah baru.

Pemboman bunuh diri itu juga dilakukan setelah serangkaian keberhasilanperang untuk menumpas Al-Qaeda di Irak beberapa waktu terakhir ini,dimana pemimpin-pemimpin tinggi kelompok itu tewas pada 18 April.

Serangan-serangan bom mobil Jumat lalu di daerah Syiah Baghdad menewaskan puluhan orang.

Sejumlah pejabat keamanan mengatakan, pemboman pekan lalu itu mungkinmerupakan serangan balasan atas kematian pemimpin-pemimpin Al-Qaeda diIrak, Abu Ayyub al-Masri dan Abu Omar al-Baghdadi.

Dalam serangan Rabu di Abu Dsheer, penyerang-penyerang bom bunuh diriyang menggunakan dua mobil menabrakkan kendaraan mereka ke dua pospemeriksaan pada waktu yang hampir bersamaan, kata satu sumberkepolisian.

Serangan terakhir itu terjadi beberapa hari setelah PM Irak Nurial-Maliki meyatakan bahwa Al-Qaeda di Irak sedang "berdarah" dan parapemimpinnya "berjatuhan" setelah operasi gabungan militer Irak-AS padaMinggu (18/4) yang menewaskan dua pemimpin tinggi kelompok itu.

Abu Omar al-Baghdadi, pemimpin politik Al-Qaeda di Irak, dan Abu Ayubal-Masri, militan Mesir dan "menteri perang" kelompok itu, tewas dalamserangan gabungan tersebut.

Kekerasan turun secara dramatis di Irak sejak mencapai puncaknya antara2005 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus terjadi di Baghdaddan daerah lain.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun laludalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedungpemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dankehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas danbisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkankekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikusberusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktulalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkanserangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat diBaghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamananakan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yangbertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yangperlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kotadi Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuanpasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangangerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknyabertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antaraorang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan,serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kinimasih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiahakan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiahyang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalamkekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010