Ketua Gili Hotel Asosiation (GHA) Lombok Utara, Lalu Kusnawan mengatakan kegiatan ini merupakan wadah untuk mengangkat keanekaragaman adat istiadat, budaya dan keindahan destinasi wisata yang ada di Lombok Utara di tengah situasi pandemi COVID-19.
"Kami juga ingin menggerakkan sektor UMKM, melalui keterlibatan seluruh pihak sehingga muaranya dapat membangkitkan perputaran ekonomi masyarakat bisa kembali normal meski situasi COVID-19," ujarnya di Mataram, Rabu.
Baca juga: Kemenparekraf dorong destinasi di NTB kedepankan standar CHSE
Ia menyampaikan, "Pekenan Dayan Gunung" atau pasar utara gunung istilah sebutan orang Lombok Utara mempunyai banyak agenda antara lain, pasar keris dan batu permata, pasar kerajinan dan kuliner khas dayan gunung, dan pasar kuliner tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno).
Agenda lainnya yaitu Penampilan kesenian tradisional, restorasi terumbu karang di tiga Gili serta gerakan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon.
"Dari sejumlah kegiatan ini kami tidak melihat ada nilai transaksi berapa yang harus diperoleh. Tetapi bagaimana melalui kegiatan ini ekonomi dan pariwisata di Lombok Utara bisa kembali menggeliat. Karena tidak dipungkiri semenjak COVID-19 pariwisata di Lombok Utara mati suri," jelasnya.
Baca juga: Pemprov NTB paparkan tiga strategi pariwisata berkelanjutan
Kusnawan menambahkan kegiatan bertajuk "Ngemungahang Dowe Banda Gumi Sasak" berlangsung tanggal 12 sampai 13 Desember 2020.
"Makna 'Ngemungahang Dowe Banda Gumi Sasak' diartikan mengangkat potensi harta benda atau kekayaan alam daerah Suku Sasak melalui promosi pasar Lombok Utara. Kalau arti secara utuh, memamerkan adat dan budaya yang ada di daerah untuk bangkitkan pariwisata," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara (KLU), Vidi Eka Kusuma mengakui saat ini pariwisata di daerah itu turun di titik nol. Sebab, tidak ada wisatawan yang datang baik domestik maupun mancanegara. Padahal, sebelum gempa maupun pandemi COVID-19, kunjungan wisatawan bisa mencapai 5.000 orang dalam sehari, terutama di tiga Gili.
"Bahkan kalau peak season atau musim puncak terutama di bulan Agustus sampai Desember bisa tembus 8.000 orang sampai 10.000 orang dengan nilai transaksi Rp800 juta hingga mencapai Rp60 miliar satu hari. Tapi itu dulu sebelum gempa dan COVID-19," ungkapnya.
Baca juga: Menko PMK dorong pemulihan pariwisata NTB ikuti protokol kesehatan
Ia menjelaskan, selama ini sektor pariwisata menjadi penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) KLU, totalnya bisa mencapai 80 persen. Bahkan, PAD Provinsi NTB di sektor pariwisata 60-70 persen disumbangkan dari KLU.
"Akan tetapi sejak adanya bencana gempa bumi tahun 2018, tingkat kunjungan wisatawan menurun drastis, ditambah pandemi COVID-19 semakin anjlok," ucapnya.
Karena itu, kata Vidi, melalui kegiatan "Pekenan Dayan Gunung" pemerintah daerah bersama pelaku pariwisata mencoba meningkatkan animo wisatawan untuk datang kembali ke KLU. Tentunya dengan mengedepankan protokol kesehatan COVID-19. Meski demikian lanjutnya sejak pandemi khusus di tiga Gili bebas dari COVID-19.
"Promosi ini tetap dalam koridor protokol kesehatan bagi wisatawan yang datang harus menggunakan masker, mengatur jarak, tidak berkerumun, penyediaan tempat cuci tangan, handsanitizer, dan penyiagaan petugas," katanya.
Baca juga: NTB apresiasi Lombok masuk destinasi wisata terpopuler Asia 2020
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020