Jakarta (ANTARA News) -"TKI itu tak perlu dielu-elukan jadi pahlawan devisa. Yang kami butuhkan adalah perlindungan yang nyata dari negara ini," kata mantan TKI Elly Anita saat menjadi pembicara dalam diskusi di Jakarta, Selasa.

Aktivis Migrant Care itu mengemukakan para TKI (tenaga kerja Indonesia) tidak mampu membela diri ketika dieksploitasi majikan maupun agen tenaga kerja.

Elly, yang juga korban perdagangan manusia di Irak, menceritakan bahwa dirinya sebelum berangkat dijanjikan menjadi sekretaris di Dubai.

Pada tahun 2006 dia berangkat dan ternyata Elly bekerja tanpa digaji bahkan beberapa kali dia mengalami pelecehan seksual dari atasannya.

Dia juga menjalani operasi tumor jinak namun oleh majikannya diharuskan tetap bekerja tanpa diberi istirahat.

"Saya tidak mendapat waktu istirahat setelah operasi, padahal setelah operasi saya mengalami pendarahan terus," katanya.

Menurut Elly, pendidikan yang minim membuat para TKW rentan terhadap pelecehan dan eksploitasi.

"Kemiskinan dan negara yang tidak bisa menyediakan lapangan pekerjaan adalah hal yang mendasari saya menjadi TKI," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Hukum dan Perlindungan Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI), Erika, membenarkan bahwa banyak TKW mendapat perlakuan tidak baik di luar negeri.

"Ini karena lemahnya sanksi hukum terhadap pelaku kekerasan serta belum ditetapkannya penempatan dan perlindungan TKI, khususnya wanita di luar negeri sebagai program nasional," kata Erika.

Pendidikan para tenaga kerja yang minim membuat komunikasi mereka dengan majikan "tidak nyambung".

"Mereka rata-rata berasal dari daerah terpencil yang untuk berbahasa Indonesia pun belum tentu bisa, bagaimana untuk berbahasa Inggris atau bahasa lain tempat mereka bekerja?," kata Erika. (YUD/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010