Jakarta (ANTARA News) - Koordinator Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti mengatakan masyarakat berhak memberikan kritik ataupun komentar sehubungan dengan perebutan ketua umum Partai Demokrat karena parpol adalah milik publik.
"Parpol itu adalah ormas dan ormas adalah milik publik, bukan hanya milik mereka. Pernyataan ini jelas menunjukkan arogansi dan kebodohan dengan memandang bahwa parpol adalah milik mereka," kata Koordinator Lingkar Madani Ray Rangkuti usai menemui Fraksi Partai Golkar di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (27/4)
Sebelumnya tim pemenangan kubu Andi Malarangeng, melontarkan pernyataan sebaiknya pihak di luar Partai Demokrat (PD) jangan ikut campur dalam urusan pemilihan ketua umum dalam kongres. Menurut mereka perhelatan akbar tersebut merupakan urusan internal Partai Demokrat.
Lebih lanjut Ray mengatakan masyarakat tentunya berhak mengkritik. Termasuk mengkritik salah seorang calon ketua umum PD, Andi Malarangeng yang memang sering memancing orang untuk mengkritik karena perilakunya.
"Itu adalah pernyataan yang sombong dan bodoh," kata Ray.
Menurut Ray, kubu Andi tidak mengerti dan memahami bahwa partai termasuk Partai Demokrat adalah milik publik, sehingga publik berkepentingan untuk ikut serta mengkoreksi serta mengkritisi.
Ray menilai perilaku Andi dan timnya tersebut menunjukkan karakter mereka yang sebenarnya tidak pernah peduli dengan orang lain serta gampang melupakan jasa orang.
"Andi nampaknya lupa, bahwa dia bisa masuk PD karena rakyat. Rakyat lah yang telah membesarkan PD karena percaya pada PD dengan memberikan suaranya pada PD ketika pileg dan pilpres lalu. Pernyataan ini memberikan signal bahwa dia lupa jasa rakyat yang telah membesarkan PD dengan mengatakan rakyat tidak boleh ikut campur," kata Ray.
Ray mengingatkan Andi dan timnya untuk sedikit belajar bahwa ormas bermain di ruang publik. Menurut Ray jika publik tidak boleh mengkritik, maka pertanyaannya untuk apa dia menggunakan iklan di media televisi, cetak, online maupun media ruang untuk dipilih.
"Bukankah yang dia gunakan itu ruang publik ?," kata Ray.
Ray menjelaskan meskipun iklan itu hak dia karena dia memiliki uang, namun media yang dia gunakan ruang publik. Ray mengibaratkan seperti orang yang memiliki mobil dan menggunakan jalan raya.
"Boleh saja orang itu beli mobil, tapi jalan yang digunakan untuk berkendara adalah ruang publik," jelasnya.
(J004/J006/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
bkn kritik itu, tp kampungan.