"Penyebab terdampar atau matinya paus belum bisa dipastikan karena apa, tapi kalau dilihat dari luka-luka dan visual yang kami amati saat ini sepertinya banyak penyebabnya," kata Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar Permana Yudiarso saat dihubungi dari Denpasar, Selasa.
"Bisa jadi karena sakit, kedua bisa jadi karena tertabrak kapal, lecet dan terbentur benda keras, atau disorientasi bagian sonarnya sehingga terganggu, menjadi kehilangan arah, dan kondisi lemah," ia menambahkan.
Sesuai dengan prosedur standar Kementerian Kelautan dan Perikanan, ia menjelaskan, satwa liar yang ditemukan dalam keadaan mati bisa dikubur, ditenggelamkan, atau dibakar.
"Kita akan lakukan opsi penguburan tergantung kondisi di lapangan, mana yang terbaik. Posisinya sekarang masih di perairan Mertasari dan kondisinya mau menuju surut nih perairannya, kita upayakan agar nanti kalaupun terdampar di pinggir pantai kita lakukan penguburan di pinggir pantai," katanya.
Ia mengatakan, paus sperma dengan panjang sekitar 10 meter dan berat lebih dari dua ton tersebut diperkirakan sudah mati terapung selama sekitar satu minggu karena tubuhnya sudah mulai membusuk.
Sebelumnya, ia menambahkan, paus sperma ditemukan terdampar di Pantai Watu Klotok, Kabupaten Klungkung, pada 2018.
Baca juga:
Nelayan Sabu gelar ritual penguburan paus sperma
Bangkai paus sperma terdampar di Pantai Bungkulan
Nelayan Sabu gelar ritual penguburan paus sperma
Bangkai paus sperma terdampar di Pantai Bungkulan
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020