Singapura (ANTARA News) - Kementerian BUMN menetapkan sebanyak 44 perusahaan perusahaan milik negara pada posisi "stand alone" (berdiri sendiri) atau tidak akan digabung atau merger dengan perusahaan lain.
"Sebanyak 44 BUMN statusnya tetap "stand alone", selain karena skala usaha besar, mereka juga mendapat penugasan khusus dari pemerintah," kata Deputi Menteri BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi Mahmudin Yasin, di sela "Non-Deal Roadshow 10 BUMN," di Singapura, Selasa.
Menurut Yasin, langkah mempertahankan bisnis ke 44 perusahaan tersebut sejalan dengan peta jalan BUMN 2010-2014, denganjumlah BUMN akan menjadi sebanyak 78 perusahaan.
Yang dipertahankan, karena skala usaha besar, status perusahaan umum (perum), dan mendapatkan tugas pemerintah dalam rangka kewajiban pelayanan umum (public service obligation/PSO).
Pada program itu, langkah yang ditempuh dalam rangka "right sizing (penyesuaian jumlah), adalah pembentukan holding, merger atau konsoliasi, pengelompokan (regrouping), dan opsi terakhir yaitu likuidasi.
Ia menjelaskan, BUMN kategori besar antara lain Pertamina, PLN, Telkom, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Batubara Bukit Asam, Jasa Marga, Perusahaan Gas Negara, Aneka Tambang, Garuda Indonesia, Krakatau Steel.
"Perusahaan skala usaha besar mencapai 25 perusahaan," ujarnya.
Menurutnya, dari 141 BUMN saat ini, sebanyak 95 persen total aset, 90 persen penjualan, dan 90 persen laba disumbang oleh 25 perusahaan tersebut.
BUMN yang berstatus Perum meliputi Bulog, Pegadaian, sedangkan 10 BUMN yang menjalankan fungsi PSO seperti PELNI dan Kereta Api, dan LKBN Antara.
Pada kesempatan itu, Yasin menambahkan, Kementerian BUMN selaku pembina perusahaan milik negara terus mendorong agar pengelolaannya lebih baik dari tahun ke tahun.
"Mereka (BUMN) juga didorong menjadi perusahaan publik, sehingga pengelolaannya lebih transparan dan dapat dipertanggungkawabkan," katanya.
Ia menyebutkan, dari 16 BUMN yang mencatat saham di pasar modal, kini sudah menguasai 31 persen kapitalisasi pasar.
"Kalau jumlah perusahaan BUMN yang listing mencapai 25-30 perusahaan terutama perusahaan besar, bukan tidak mungkin kapitalisasi pasar BUMN di Bursa Efek Indonesia bisa mencapai 50 persen pada 2014," tegasnya.
Ia mencontohkan, ketika sejumlah BUMN mulai listing di bursa sejak awal 2000, indeks harga saham gabungan terus melonjak.
"Ini artinya, BUMN sudah sebagai lokomotif pertumbuhan perekonomian. Tentu perlu upaya bersama pemerintah bagaimana pengelolaan BUMN agar lebih profesional," katanya.
Menurut catatan Kementerian BUMN, laba bersih perusahaan milik negara pada 2010 mencapai Rp92,7 triliun, tumbuh sekitar 25,27 persen dari realisasi laba 2009 Rp74 triliun.
Pada saat yang sama pendapatan dipatok Rp1.050 triliun, dan total aset diproyeksikan menjadi Rp2.050 triliun dari sebelumnya Rp2.400 triliun.(R017/A024)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010