Malang (ANTARA) - Sebagian besar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Malang, Jawa Timur, tidak mempedulikan larangan Walikota Peni Suparto agar tidak merayakan kelulusannya dengan menggelar konvoi.

Hampir seluruh siswa yang dinyatakan lulus Ujian Nasional (UN) utama, Senin, meluapkan kegembiraannya dengan menggelar konvoi dan corat-coret seragam, padahal walikota melarangnya.

Hingga pukul 11.30 WIB polisi dari Polresta Malang mengawal pelajar SMA yang menerima pengumuman kelulusannya di beberapa titik jalur utama seperti di Bundaran Tugu, Jalan Veteran, Jalan Borobudur serta beberapa pos perbatasan.

Namun setelah polisi mengendurkan pengamanan, siswa yang dinyatakan lulus langsung corat-coret seragam dan berkonvoi di sepanjang jalan protokol yang sebelumnya dijaga polisi.

"Bagaimana kami bisa menyimpan rasa gembira karena lulus UN. Dan rasa gembira itu kami lampiaskan dengan corat-coret seragam antarteman dan konvoi bersama teman-teman, karena ini kesempatan langka dan tidak mungkin bisa diulang ketika di perguruan tinggi," kata Alya, siswa SMAN I Malang.

Tidak semua siswa SMA meluapkan kegembiraan dengan konvoi atau corat-coret. Beberapa sekolah menerapkan aturan ketat terhadap siswanya seperti SMK PGRI 3 yang berlokasi di kawasan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

"Kalau ada yang ketahuan melanggar aturan ini, maka siswa bersangkutan tidak akan dilayani segala keperluan administrasinya termasuk legalisir ijazah," kata karyawan SMK PGRI 3 Malang, Wandi.

Walikota Malang Peni Suparto melarang siswa SMA melakukan konvoi ketika merayakan kelulusannya, karena akan mengganggu pengguna jalan lainnya. Tapi Peni menyarankan konvoi dikemas dalam bentuk konvoi sepeda hias dan diselenggarakan pada malam hari agar menghibur masyarakat.

Jumlah siswa SMA Kota Malang yang tidak lulus UN sebanyak 315 siswa dari 5.484 siswa dan SMK sebanyak 1.422 dari peserta 7.976 siswa.

E009/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010