Sebanyak 90 persen industri kesehatan kita masih impor, ini pasar yang bagus sekali
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengundang investor asal Australia masuk dan menanamkan modal di Indonesia khususnya di sejumlah sektor prioritas yakni kesehatan, energi baru terbarukan, hingga pertambangan.
"Saya punya keyakinan kalau teman-teman investor dari Australia masuk, maka kita memberikan privilege (hak istimewa) khusus baik untuk tambangnya, insentif fiskalnya kita akan kasih, maupun insentif lainnya," kata Bahlil dalam dialog virtual mengenai dampak UU Cipta Kerja dan IA-CEPA terhadap investasi di Jakarta, Senin.
Bahlil menuturkan melalui UU Omnibus Law Cipta Kerja, pemerintah menyatukan semua komponen dan aturan yang diklaim akan membantu investor menanamkan modal. Perizinan elektronik melalui Online Single Submission (OSS) yang ditangani langsung BKPM disebut akan membuat perizinan menjadi lebih mudah dan jelas.
Begitu pula dengan kewenangan pemberian insentif yang kini juga sudah ditangani langsung oleh BKPM, bukan lagi oleh Kementerian Keuangan seperti sebelumnya.
Bahlil menjelaskan pemerintah mendorong sektor prioritas seperti kesehatan, energi baru terbarukan dan pertambangan, khususnya hilirisasi minerba, agar bisa lebih banyak terbangun di dalam negeri. Oleh karena itu, investasi di sektor tersebut terus dikejar.
"Sebanyak 90 persen industri kesehatan kita masih impor, ini pasar yang bagus sekali," kata Bahlil.
Mantan Ketua Umum Hipmi itu juga mendukung investasi energi baru dan terbarukan, di mana Australia ikut berpartisipasi dalam proyek pembangunan PLTA di Kayan (Kalimantan Utara) dan Membramo (Papua).
"Pengusaha Australia, Andrew Forrest, itu akan kerja sama bangun PLTA di Membramo dan Kayan. Dan sekarang kami fasilitasi beberapa perizinannya dan bahkan sudah melakukan studi. Kita support (dukung)," katanya.
Sementara di sektor pertambangan, Bahlil menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong hilirisasi mineral mulai dari batubara hingga nikel. Hilirisasi mineral diharapkan bisa memberi nilai tambah hingga mendorong pengembangan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang jadi mimpi Indonesia.
"Sekarang kita sedang mengembangkan untuk bangun EV battery. Kemarin dari China, kita sudah tanda tangan kerja sama dan 2021 sudah mulai groundbreaking. CATL itu investasinya kurang lebih 5,1 miliar dolar AS. Dengan perusahaan dari Korea juga hampir deal. Kita ingin ore (bijih) nikel tidak kita ekspor bahan bakunya. Kita ingin ada satu industri yang terbangun dari hulu ke hilir baik dari smelter, katode, prokursornya sampai sel baterai," pungkas Bahlil.
Baca juga: Bahlil sebut Australia bakal bangun rumah sakit senilai 1 miliar dolar
Baca juga: Presiden: Perkuat integrasi ekonomi dan stabilitas ASEAN-Australia
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020