Hsinchu, Taiwan (Antara/Business Wire)- Sekelompok tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Wang Wen-ching dari Institut Biologi Molekuler dan Seluler National Tsing Hua University (NTHU) telah memanfaatkan kekuatan big data untuk mengidentifikasi dua biomarker kunci yang berkontribusi terhadap proliferasi dan metastasis kanker lambung (perut). Dengan menggunakan obat-obatan yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) AS, tim ini melakukan terapi bertarget yang secara efektif dapat menghilangkan pertumbuhan tumor dan menghambat metastasis, sehingga membuka jalan bagi terapi baru yang disesuaikan. Penelitian mereka telah diterbitkan dalam edisi terbaru Makalah Akademi Sains Nasional Amerika Serikat.
Untuk melihat rilis pers multimedia selengkapnya, klik di sini: https://www.businesswire.com/news/home/20201113005183/en/
Menemukan cara baru untuk mengobati kanker lambung
Kanker perut adalah kanker paling umum kelima di dunia, dan angka kematian tertinggi kedua karena perawatannya yang melelahkan dan sulit bagi banyak pasien. Wang mengatakan bahwa seringkali pada saat seseorang didiagnosis, sel-sel kanker telah bermetastasis.
Wang mengatakan bahwa sejauh ini, hanya ada satu obat target (terapi Her 2) yang dapat mengobati kanker lambung, dan hanya cocok untuk kurang dari 20% pasien di seluruh dunia. Di Taiwan, angka ini turun menjadi 8%. Tim Wang telah bekerja untuk mengungkap mekanisme yang mendasari penyebaran sel kanker dan menemukan biomarker baru, dengan tujuan mengembangkan terapi baru yang disesuaikan.
Menghentikan kanker perut
Wang menjelaskan, penyebab utama penyebaran sel kanker lambung adalah tidak efektifnya fosfatase protein dan homolog tensin (PTEN), protein penekan tumor yang bertindak seperti rem. Ketika remnya gagal, sel kanker akan berkembang biak, berkembang, dan tumbuh menjadi tumor metastasis yang berbahaya. Tugas pertama tim tersebut adalah menentukan dasar dari "kegagalan rem" ini.
Tim peneliti mengumpulkan informasi dari 300 lebih kasus kanker lambung dan menggunakan big data untuk mendapatkan jalur biologis yang mengarah pada perkembangan kanker dari lebih dari 30.000 gen potensial. Mereka menemukan bahwa dua enzim PHF8 dan PKCα memainkan peran kunci dalam teka-teki tersebut. Enzim nuklir PHF8 lazim di ~40% jaringan kanker lambung dan menyebabkan PKCα melonjak, memicu hilangnya PTEN, seperti "kegagalan rem".
Untungnya, aktivitas PKCα dapat dihambat oleh obat midostaurin, agen anti kanker untuk pengobatan kanker darah yang disetujui oleh US Food and Drug Administration tiga tahun lalu. Tim menggunakan model ikan zebra dan tikus untuk memberikan bukti bahwa pengobatan midostaurin dapat mengecilkan tumor dan mengekang penyebaran kanker lebih lanjut.
Menurut Wang, terobosan dalam mencari terapi presisi adalah melalui kolaborasi lintas disiplin. Ia berterima kasih kepada Dr. Tseng Linlu, yang baru saja mendapatkan gelar PhD dengan pelatihan yang padat dalam pengobatan molekuler dan biostatistik di NTHU, Dr. Yeh Ta-sen, direktur Divisi Bedah Umum di Chang Gung Memorial Hospital di Linkou, Dr. Yuh Chiou-hwa di National Health Research Institute dan anggota Academia Sinica, Kung Hsing-jien.
Baca versi aslinya di businesswire.com: https://www.businesswire.com/news/home/20201113005183/en/
Kontak
Holly Hsueh
National Tsing Hua University
(886)3-5162006
Sumber: National Tsing Hua University
Pengumuman ini dianggap sah dan berwenang hanya dalam versi bahasa aslinya. Terjemahan-terjemahan disediakan hanya sebagai alat bantu, dan harus dengan penunjukan ke bahasa asli teksnya, yang adalah satu-satunya versi yang dimaksudkan untuk mempunyai kekuatan hukum.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020