Jakarta (ANTARA) - Mengemban jabatan sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri merupakan sebuah tanggung jawab yang besar bagi seorang Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. Di tengah kesibukannya, ia selalu memanfaatkan waktu luang-nya di akhir pekan untuk bercengkerama bersama keluarga usai lima hingga enam hari yang padat dengan aktivitas pekerjaan.
"Hari Minggu bersama keluarga, harus makan bareng, interaksi dengan anak-anak. Saya sempatkan waktu buat keluarga dari pagi sampai sore," ucap dia.
Sosok yang lahir di Ambon, Maluku pada 5 Mei 1969 ini menjalani pendidikan dari sejak sekolah dasar hingga mendaftar masuk ke Akademi Kepolisian di Kota Yogyakarta.
Orang tua dari pria yang karib disapa Sigit ini adalah prajurit TNI Angkatan Darat yang hidup sederhana. Namun demikian, Sigit bersyukur dibesarkan di Kota Gudeg yang memiliki biaya hidup nisbi rendah.
Kehidupan yang pas-pasan di masa mudanya membuat dirinya tetap rendah hati meskipun kini Sigit telah menduduki jabatan tinggi di Kepolisian.
"Saya berangkat dari orang susah juga. Sama (dengan kebanyakan orang)," imbuhnya.
Soal hobi, mantan Kapolda Banten ini menggemari kesenian tradisional wayang karena sarat akan filosofi hidup. "Dari kecil, saya hobi menonton wayang. Kebetulan ada teman yang jadi dalang juga," papar-nya.
Selain itu, di masa mudanya, Sigit gemar mendaki gunung bersama komunitas pecinta alam sekolah.
"Masuk (organisasi) pecinta alam saat SMA. Hiking, naik turun gunung dan bukit," katanya.
Baca juga: Kabareskrim pantau langsung aksi unjuk rasa di kawasan Arjuna Wiwaha
Baca juga: 2 kasus Djoko rampung, Kabareskrim: Bukti Polri komitmen usut kasus
Namun karena kesibukannya yang padat kini, ia tidak bisa lagi melakukan kegemarannya itu.
Hobi tersebut kini digemari oleh istrinya, Juliati Listyo Sigit yang hobi naik gunung sampai saat ini. Sementara Sigit lebih memilih untuk melakukan olahraga-olahraga ringan seperti lari, jalan santai atau bulutangkis bersama rekan-rekan-nya.
Perjalanan karir
Perjalanan karirnya yang berhasil menduduki jabatan-jabatan penting di Kepolisian tidak membuat dirinya merasa terbebani dengan pekerjaan yang lebih berat.
"Kapolres (Solo), Kapolda (Banten), Kabareskrim sama saja pekerjaannya, tanggung jawabnya saja yang lebih berat," ujarnya.
Tercatat Sigit pernah jadi Kapolres Solo pada 2011, terpilih menjadi Ajudan Presiden RI pada 2014 dan menjabat sebagai Kapolda Banten pada 2016.
Selanjutnya karir Sigit semakin moncer, dia dipercaya mengemban jabatan strategis di Mabes Polri yakni sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri pada 2018 kemudian menjadi Kepala Bareskrim Polri pada 2019.
Beragam kasus besar ditangani
Selama satu tahun menjabat sebagai Kabareskrim Polri, Sigit tercatat berhasil memulangkan Djoko Soegiarto Tjandra dari Malaysia. Sebelumnya Djoko telah menjadi buronan selama 11 tahun.
Di bawah kepemimpinan-nya, Bareskrim Polri berhasil mengungkap dua kasus Djoko Tjandra yang menjadi perhatian publik yakni kasus pemalsuan surat jalan dan kasus korupsi terkait pengurusan penghapusan red notice.
Tak tanggung-tanggung, dua jenderal polisi yang terlibat yakni Irjen Pol Napoleon Bonaparte dan Brigjen Pol Prasetijo Utomo ditetapkan sebagai tersangka dan saat ini keduanya masih menjalani persidangan di pengadilan.
Bareskrim juga menangani kasus pembobolan kas Bank BNI lewat L/C fiktif Bank BNI dengan tersangka Maria Pauline Lumowa yang sempat kabur ke luar negeri selama 17 tahun. Kini Maria telah diserahkan ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menunggu jadwal persidangan.
Sigit juga tak segan turun ke lapangan. Misalnya, dalam pengamanan demonstrasi massa yang menentang Undang-undang Cipta Kerja, Sigit tercatat dua kali memantau langsung jalannya unjuk rasa di Jakarta Pusat pada pertengahan dan akhir Oktober 2020.
Baca juga: Kabareskrim: Kebakaran Gedung Kejagung karena nyala api terbuka
Baca juga: Bareskrim ungkap sindikat internasional penipuan pembelian ventilator
Saat terjadi isu penutupan sejumlah pasar di DKI Jakarta, dia pun langsung inspeksi mendadak ke Pasar Induk Cipinang dan PT Food Station Tjipinang Jaya pada Maret 2020.
Pihaknya juga melaksanakan pengawasan secara ketat terhadap para napi yang dibebaskan dalam program asimilasi Kementerian Hukum dan HAM. Sejumlah napi yang berulah lagi, ditangkap kembali.
Polri melakukan beberapa langkah, di antaranya mengerahkan Unit Kring Serse untuk mendata kelompok pelaku kejahatan jalanan, berpatroli di sentra-sentra ekonomi, kawasan permukiman dan daerah rawan kejahatan.
Aplikasi panic button di Polres-polres diaktifkan kembali sehingga masyarakat bisa menghubungi polisi jika dalam keadaan darurat.
Beberapa kasus narkotika dalam jumlah besar berhasil diungkap di masa kepemimpinan Sigit sebagai Kabareskrim, di antaranya penyelundupan 821 kg sabu-sabu di Serang, Banten; penyelundupan 402 kg sabu-sabu asal Timur Tengah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat; kasus penyelundupan 159 kg sabu-sabu asal China yang melibatkan sindikat internasional Malaysia, Aceh, Pekanbaru dan Jakarta serta penyelundupan 200 kg sabu-sabu asal Myanmar di kompleks pergudangan Cikarang, Jawa Barat.
Pada Agustus 2020, publik dikejutkan dengan kebakaran yang melahap Gedung Utama Kejaksaan Agung. Selanjutnya Sigit beserta jajaran Bareskrim melakukan penyelidikan dan penyidikan yang berhasil mengungkap bahwa kebakaran tersebut ternyata berawal dari ketidaksengajaan. Sebelas orang akhirnya ditetapkan sebagai tersangka.
Dalam menjalankan tugasnya, Sigit mengaku tidak berambisi untuk menduduki jabatan tertentu. Menurutnya yang terpenting adalah bagaimana dirinya menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan bisa bermanfaat bagi masyarakat.
"Apa manfaat kita hidup di dunia, kalau cuma buat kita sendiri, buat apa?" kata lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991 ini.
Baca juga: Kabareskrim janji transparan tuntaskan kasus Djoko Tjandra
Baca juga: Polisi juga bakal terapkan pasal TPPU terhadap Maria Pauline Lumowa
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020