Kabul (ANTARA News) - Dua prajurit AS tewas setelah terluka dalam pertempuran dengan gerilyawan yang terkait dengan Taliban di dekat Kabul, ibukota Afghanistan, kata pasukan pimpinan NATO, Jumat.

Lima gerilyawan juga tewas dalam pertempuran tengah malam di provinsi Logar, sebuah kawasan bergolak sebelah selatan Kabul, kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.

Kedua prajurit ISAF itu terluka selama pertempuran tersebut dan tewas kemudian, kata pasukan itu dalam sebuah pernyataan.

Dengan kematian kedua prajurit AS itu, jumlah prajurit asing yang tewas di Afghanistan tahun ini menjadi 168, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas angka-angka di situs icasualties.org yang mencatat jumlah korban di Afghanistan dan Irak. Dari jumlah itu, 103 orang adalah warga AS.

Gerilyawan yang tewas dalam pertempuran terakhir itu mencakup seorang "komandan serangan bom bunuh diri", kata ISAF tanpa penjelasan lebih lanjut.

Taliban dan gerilyawan lain diketahui melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri terhadap pasukan internasional yang ditempatkan di Afghanistan dan pasukan pemerintah.

Saat ini terdapat lebih dari 120.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

AFP/M014

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010