Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk kebijakan lanjutan dalam menopang pertumbuhan ekonomi domestik agar tetap baik dan berdaya tahan.
“Juga untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam laporan indikator stabilitas hingga pekan kedua November 2020 yang dilansir di laman resmi BI, di Jakarta, Sabtu.
Merujuk pada laporan indikator stabilitas, Bank Sentral memperkirakan inflasi di November 2020 sebesar 0,21 persen secara bulanan (month to month/mtm) jika melihat perkembangan harga hingga pekan kedua November 2020. Dengan begitu, inflasi secara tahun berjalan Januari-November 2020 sebesar 1,17 persen (year to date/ytd) dan inflasi secara tahunan 1,53 persen (year on year/yoy).
Baca juga: BI: Realisasi berbagi beban dengan pemerintah capai Rp322,35 triliun
Penyumbang utama inflasi, merujuk laporan BI, yaitu daging ayam ras sebesar 0,08 persen (mtm), cabai merah sebesar 0,03 persen(mtm), telur ayam ras dan bawang merah masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta cabai rawit, minyak goreng, tomat dan bawang putih masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas tarif angkutan udara dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).
Dengan demikian, Bank Sentral hingga pekan kedua November 2020 menyimpulkan “Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali,”
Baca juga: Gubernur BI: Digitalisasi kunci pertumbuhan ekonomi RI ke depan
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020