"Rencana itu (pembuat software anti plagiat) sudah ada, tapi karena harganya yang cukup mahal maka kami berniat untuk mengembangkan software tersebut," kata Rektor ITB, Prof Akhmaloka, di Bandung, Jumat.
Ia menegaskan, langkah lainnya yang ditempuh ITB afar kasus sejenis tidak terulang ialah dengan menyempurnakan konsep "Academic Environment" yang dapat menjamin tegaknya kinerja, kualitas serta nilai-nilai akademik yang baik serta membanggakan semua pihak.
"Untuk saat ini, kami rasa upaya-upaya penyempurnaan academic environment akan kami jalankan guna mencegah terjadinya kembali kasus plagiat," ujar Akhmaloka.
Sementara itu, selian memberikan sanksi kepada pelaku plagiat, Mohammad Zuliansyah, tiga pembimbingnya, yaitu Carmadi Machbub, Suhono Harso Supangkat, dan Yoga Priyana juga mendapatkan sanski berupa teguran tertulis dari ITB.
Menurut Akhmaloka, sanksi tersebut sudah cukup berat apalagi kesalahan yang dilakukan para pembimbing dinilai tidak ada unsur kesengajaan.
Akan tetapi, ketiga pembimbing telah kurang cermat melakukan proses pembimbingan.
Kasus Plagiarisme ini terjadi dalam penulisan makalah Dr Mochammad Zuliansyah, yang saat itu masih menjadi mahasiswa S3 di STEI ITB.
Makalah tersebut diikutsertakan dan dipublikasikan secara internasional dalam Konferensi IEEE tentang ini Cybernetics and Intelligent Systems pada 2008, di Chengdu, China.
IEEE dalam situsnya di ieeexplore.ieee.org, lalu memasang pengumuman terjadinya plagiarisme pada makalah Dr Mochammad Zuliansyah, yang dijiplak dari makalah ilmuwan Austria, Siyka Zlatanova.(Ant/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010