Jakarta (ANTARA News) - Harga Barang elektronik telah turun secara bertahap sejak Januari sampai saat ini pada kisaran 3-4 persen menyusul penguatan nilai tukar rupiah yang berada di bawah Rp9.100 per dolar AS, sehingga mendorong lonjakan permintaan yang diperkirakan mencapai 30 persen sampai akhir tahun.
"Pasar langsung merespon. Penurunan hara memperkuat daya beli konsumen," kata Asisten GM Home Appliances PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Andry Adi Utomo kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan penurunan harga barang elektronik yang cukup tinggi terjadi pada produk yang diimpor secara utuh dan produk yang kandungan impornya tinggi seperti televisi (TV) LCD. Menurut dia, penurunan harga produk elektronik impor bisa mencapai 30 persen.
"Dulu kami menggunakan kurs (nilai tukar) sekitar Rp10 ribu per dolar, sekarang sudah Rp9.000-an per dolar. Penguatan rupiah memperkuat pula daya beli konsumen," ujar Andry.
Sedangkan penurunan harga untuk produk elektronik yang dirakit di dalam negeri, lanjut dia, paling tinggi lima persen dan penurunan harga sudah terjadi sejak Januari dengan rata-rata penurunan harga mencapai 3-4 persen.
Hal senada dikemukan Wakil Presdir PT Panasonic Gobel Indonesia (PGI) Rinaldi Sjarief. Ia mengatakan penguatan nilai tukar rupiah membantu daya saing produk elektronik yang dibuat di dalam negeri dalam menghadapi serangan produk impor, terutama dari China.
"Penguatan (kurs) rupiah membantu stabilitas harga sehingga daya saing semakin kuat menghadapi produk impor secara utuh (terutama dari China). Jadi sekarang sesama pemain punya kekuatan bersaing yang sama," ujarnya.
Senada dengan Andry, Rinaldi juga optimis pasar elektronik di dalam negeri akan tumbuh pesat dan Panasonic sendiri menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 30 persen. "Saat ini indikator ekonomi makro Indonesia bagus dan itu perlu dipertahankan. Infrastruktur pun sudah lebih baik, sehingga distribusi semakin efisien," katanya. PGI menargetkan penjualan elektronik dengan merek Panasonic mencapai Rp4 triliun tahun ini.
Berbeda dengan Andry dan Rinaldi. Direktur Pemasaran PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) Budi Setiawan mengatakan penguatan nilai tukar rupiah tidak berdampak langsung pada penurunan harga barang elektronik karena yang dipakai sebagai patokan harga adalah rupiah dengan kurs rata-rata Rp9.100 sampai Rp9.200 per dolar AS.
"saat ini kami memakai kurs dengan kisaran Rp9.100 - Rp9.200 per dolar AS dalam jangka waktu yang lama, tapi apabila kurs rupiah berada di bawah Rp9.000 per dolar AS dalam waktu yang lama, maka harga akan disesuaikan. Namun kalau hanya sesaat, kami tidak serta merta menaikkan harga," kata Budi.
Ia mengatakan penguatan rupiah hanya berimplikasi langsung terhadap produk yang 100 persen berasal dari impor. Sedangkan penurunan harga produk lokal dengan kandungan lokal lebih 80 persen tidak berdampak signifikan. "Dengan demikian kalaupun ada lonjakan kurs rupiah lagi, kenaikan harga produk lokal tidak terlalu besar," katanya.(R016/B012)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010