“Kami mendorong pelaku IKM melakukan adaptasi bisnis baru melalui optimalisasi produk dan layanan dengan memanfaatkan teknologi modern sehingga menciptakan inovasi atau terobosan yang belum ada sebelumnya,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih lewat keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Gati menjelaskan, setiap perusahaan memiliki kebutuhan perawatan, perbaikan dan operasional atau MRO (maintenance, repair and operation) sebagai usaha melakukan efisiensi.
Adapun yang termasuk dalam kategori MRO adalah barang maupun jasa yang dibutuhkan untuk proses perawatan, perbaikan dan operasional, misalnya suku cadang mesin, pembersih, peralatan keselamatan, perkakas dan lainnya.
Baca juga: Pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0 akan dibangun di 2021
Gati memaparkan, MRO adalah sembakonya industri yang pasti habis dipakai, akibat rusak atau memang sudah waktunya diganti dan lain-lain. Setiap bulan, industri membutuhkan pasokan dari sisi vendor MRO.
“Misalnya, bila divisi maintenance tidak beli, divisi repair atau operation juga membutuhkan. Kadang ketiganya membeli. Jarang sekali ada perusahaan yang tidak membeli kebutuhan MRO dalam satu bulan,” paparnya.
Namun menurut Gati, biaya terkait MRO seringkali kurang terpantau dengan baik sehingga pengeluaran tidak efisien. Padahal di masa pandemi saat ini, efisiensi adalah salah satu kunci dalam bertahan dan memenangkan persaingan.
”Dengan pengadaan MRO yang baik, perusahaan dapat meraih efisiensi yang optimal sekaligus meminimalkan downtime operasi dan berdampak positif pada kinerja perusahaan,” ungkapnya.
Baca juga: Kemenperin fokus wujudkan ekosistem inovasi industri 4.0
Gati optimistis, apabila upaya strategis tersebut dapat dijalankan dengan baik, sektor usaha khususnya pelaku IKM dapat memberikan kontribusi lebih signifikan bagi perekonomian Indonesia. “IKM dipandang memiliki peran besar, baik itu dalam dari sisi jumlah unit usaha atau serapan tenaga kerja. Tercatat dari 16,5 juta tenaga kerja, 10,5 juta berasal dari IKM yang tersebar di 4,2 juta usaha,” sebutnya.
PT Kawan Lama Sejahtera (KLS) misalnya, telah membantu kebutuhan MRO para pelaku industri dengan B2B e-commerce, seperti klikmro.com dan kawanlama.com.
“Selain menjawab kebutuhan MRO para pelaku industri tanpa harus bertatap muka, ini adalah salah satu cara kreatif yang kami lakukan dalam masa pandemi sekarang untuk bisa menjangkau customer dengan lebih mudah dan cepat,” kata Komisaris PT KLS, Tony Sartono.
Sementara itu, Imajin selaku perusahaan lokal, siap mendukung kebutuhan MRO perusahaan lebih dalam lagi demi mencapai efisiensi.
CEO Imajin, Chendy Jaya menyatakan, pihaknya dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan sistem MRO agar memiliki alur yang solid sejak penunjukan vendor, memilih manufaktur yang dibutuhkan, upload data, masuk ke proses manufaktur, hingga melihat progres secara transparan.
“Dengan cara ini, kita dapat mengetahui supplier dengan harga terbaik, sistem delivery lambat atau tidak, dan masih banyak lagi kemampuannya,” ujar Chendy.
Bahkan, Imajin juga dapat dukungan oleh Kemenperin sebagai salah satu manufacturing hub di Indonesia.
Peran Imajin dan KLS dalam mendukung pelaku industri kemudian didukung oleh Events 360 Indonesia, penyelenggara event berskala internasional.
Director Events 360 Indonesia, Maysia Stephanie mengatakan, pandemi yang mengharuskan para pekerja melakukan physical distancing maupun remote working telah membuat perusahaan harus melihat kembali strategi mereka, terutama penerapan teknologi yang sejalan dengan industri 4.0.
Untuk menjawab kebutuhan para pelaku industri, Maysia dan timnya akan menggelar Pameran MRO Indonesia 2021 pada Agustus 2021.
“Kami membuat pameran ini karena sudah saatnya Indonesia memiliki forum yang dapat mendukung para pelaku industri dalam menciptakan efisiensi, sekaligus membangun ekonomi lewat efisiensi sehingga perekonomian di Indonesia bisa maju dan lebih kompetitif,” jelasnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020