Jakarta (ANTARA News) - Banyaknya lingkungan yang rusak khususnya di Pulau Kalimantan dan Papua, antara lain disebabkan tidak adanya koordinasi yang baik didalam pemerintahan khususnya Departemen Kehutanan, Keuangan dan pemerintah daerah setempat.
Koordinasi interdep yang lemah itu, kata Direktur Troperbos International, Petrus Gunarso dalam sambutannya, pada ulang tahun Universitas Sahid Jakarta, di Jakarta, Kamis, menjadikan lingkungan banyak yang rusak usai dilakukan eksploitasi dan pembabatan hutan.
Dicontohkan, pemberian izin tambang yang "ngawur", pemberian izin hak pengusahaan hutan yang tidak prosedural, mengakibatkan naiknya kemiskinan struktural dan hanya membuat kelompok tertentu menjadi kaya secara cepat.
"Indonesia merupakan negara hutan terluas di ASEAN . Mengapa produksi kayunya kalah dengan Malaysia," kata Petrus denga nada tanya.
Banyaknya kayu ilegal masuk ke daratan China dan Malaysia terjadi karena dua negara itu cukup mudah untuk melakukan penyelundupan kayu dari Indonesia.
Dibidang pemberian izin pertambangan , juga sering terjadi masalah. Departemen Kehutanan mencoba mempertahankan berbagai area hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi.
Namun Departemen Keuangan tidak sependapat karena selalu mengakomadasi kepentingan investor asing yang ingin melakukan ekplotasi tambangnya dengan alasan pemasukan devisa.
Karena lemahnya koordinasi itulah, kata Petrus, maka Indonesia terkesan paling boros, paling royal dalam menjual aset alamnya dibanding negara lain.
Dies Natalis ke 22 Univ Sahid itu juga dihadiri Rektor Usahid Jakarta, Prof. Dr. Hj. Sutyastie Soemitro Remi, SE, MS, dekan FH USahid, Laksanto Utomo, 20 orang peserta program doktor Universitas Diponegoro, dan sejumlah mahasiwa Usahid.
Petrus menambahkan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. sumber daya alam (baik terbaharukan/renewable maupun yang tak terbarukan/non renewable) yang merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia.
Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut, kata Petrus, akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi.
Kekayaan sumberdaya alam Indonesia ini pula yang mengakibatkan Indonesia dijajah selama berabad-abad oleh Belanda dan juga selama tiga setengah tahun oleh Jepang.
Salah satu sumber daya alam yang Indonesia miliki adalah tambang minyak dan gas (migas ), yang termasuk dalam golongan sumberdaya tak terbarukan . Sektor migas merupakan salah satu andalan untuk mendapatkan devisa dalam rangka kelangsungan
pembangunan negara yang sampai saat ini menjadi rebutan kepentingan di dalam birokrasi.
Sementara itu, Dekan FH Usahid Laksanto Utomo menambahkan, lebih dari 70 persen perusahaan tambang yang melakukan eksploitasi hutan di Indonesia milik investor asing. Bahkan bukan hanya sektor tambang saja, sektor jasa keuangan termasuk di dalamnya asuransi saat ini sudah mulai dikuasai oleh asing.
"Lihat saja industri asuransi, 80 persen pangsa pasar nasional sudah ditangan asuransi milik asing. Itu artinya, asuransi nasional tidak mampu menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri, demikian juga sektor tambang," katanya, seraya menambahkan, alasan mereka, para penguasaha nasional tidak mempunyai modal cukup dan keahlian.
Menurut Laksanto, semestinya pemerintah harus dapat membuat standar nasional yang tidak selalu mengikuti investor asing seperti penentuan modal dan standar lain yang merugikan kepentingan nasional.
"Kelihatan sekali banyak birokrat menjadi begundal(kaki tangan, red) investor asing," katanya menegaskan.
(Y005/B/A011/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010