New York (ANTARA) - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah naik tiga hari berturut-turut, tertekan oleh lonjakan kasus virus corona yang menghambat ekonomi global, bersamaan dengan kenaikan tak terduga dalam stok minyak mentah AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari melemah 27 sen menjadi menetap di 43,53 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember merosot 33 sen menjadi ditutup di 41,12 dolar AS per barel.
Minyak berjangka mengikuti ekuitas AS, yang juga jatuh karena kekhawatiran pandemi. Eropa bergulat dengan peningkatan tajam dalam infeksi dan pembatasan sosial baru. Di Amerika Serikat, kasus baru telah melampaui 100.000 per hari selama beberapa hari, dan lebih dari selusin negara bagian telah melipatgandakan beban kasus mereka dalam dua minggu terakhir.
"Ketika saham merosot, minyak mengikuti," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. Ini pasar yang sangat gugup.
Data pemerintah AS menambah bearish, ketika persediaan minyak mentah naik 4,3 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 913.000 barel.
Kedua kontrak menguat minggu ini setelah data menunjukkan vaksin virus corona eksperimental yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech efektif 90 persen, meningkatkan harapan bahwa pandemi akan dikendalikan.
Meski dengan perkembangan itu, permintaan minyak tetap goyah. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak global tidak mungkin meningkat secara signifikan hingga 2021, jika vaksin berhasil.
“Sementara vaksin tetap menjadi berita terbaik yang diterima sejak virus menyebar, kehidupan tidak akan kembali normal dalam hitungan hari atau minggu,” kata Hussein Sayed, kepala strategi pasar di FXTM.
Demikian pula, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan perkiraan permintaan pada Rabu (11/11/2020), mengatakan konsumsi akan pulih lebih lambat pada 2021 daripada yang diperkirakan sebelumnya karena virus.
Menteri energi Aljazair mengatakan OPEC+ -- yang mengelompokkan OPEC dan sekutunya termasuk Rusia -- dapat memperpanjang pengurangan produksi 7,7 juta barel per hari (bph) hingga 2021, atau memperdalamnya lebih jauh jika diperlukan.
OPEC+ diperkirakan akan menunda kenaikan pasokan yang dijadwalkan pada Januari karena prospek melemah. Mereka sedang mempertimbangkan pengurangan pemotongan pasokan menjadi 5,7 juta barel per hari.
“Kami merasa OPEC tidak punya pilihan selain menunda peningkatan produksi; kemungkinan besar dalam tiga bulan," tulis analis di ANZ Research.
Baca juga: Minyak naik dipicu minat terhadap aset berisiko, Brent sentuh 45 dolar
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020