Secara teknikal semenjak breakout dari area resisten bulan Februari di kisaran level $185 (sesudah stocksplit) TSLA terus rally dan membentuk support uptrend yang secara konsisten mampu menjadi area turning point untuk bisa membuat TSLA kembali dalam fase uptrend-nya namun setelah rally panjang sepertinya TSLA mencapai level maksimalnya kemudian mengalami rejection di level tertinggi di kisaran 2000 dolar AS (sebelum stocksplit) atau 500 dolar AS (setelah stocksplit) setelah itu TSLA melemah cukup dalam yaitu sebesar -35% diikuti volume harian yang cenderung flat dan menurun, setelah mendapat area support baru yaitu di area demand pola Rally Base Rally ( RBR ) sebelumnya di kisaran 320-340 dolar AS (penyesuaian lima kali sebelum stocksplit) TSLA kemudian bergerak sideways dengan membentuk pola lower high dan higher low sehingga membentuk pola pennant , setelah sekitar 58 hari bergerak sideways dalam pola pennant pada 28 Oktober TSLA berakhir dengan breakout support uptrend-nya tersebut yang bisa menjadi indikasi TSLA akan memulai fase bearish atau minimal TSLA akan bergerak sideways dengan range yang lebih rendah. Setelah breakout dari support uptrend-nya tersebut TSLA melanjutkan pelemahan hingga -10% namun sepertinya karena efek US election TSLA kembali rebound sebesar +12% tapi setelah itu TSLA mengalami rejection di area support uptrend-nya dulu, seller menekan sehingga TSLA tidak bisa kembali masuk di area support uptrend-nya tersebut, ini bisa menjadi pertanda pola bearish continuation karena umumnya pola dari sebuah breakout adalah breakout support atau resisten kemudian harga akan melakukan retest breakout tersebut untuk kasus TSLA harga menguji support lamanya tersebut bisa menjadi resisten baru atau tidak, tapi perlu catat bahwa breakout support TSLA tidak diikuti volume yang tinggi sehingga cukup rawan menjadi sebuah false break.
Secara fundamental secara singkat TSLA merupakan perusahaan yang bergerak di sektor “early adopter” berfokus bisnis pada sektor EV (electric vehicle) dan green energy yang masih memiliki perjalanan yang panjang untuk bisa menggeser energi fosil. Meskipun masih “early adopter” TSLA berhasil menjadi perusahaan otomotif terbesar melewati raksasa otomotif Jepang Toyota berdasarkan market capitalization yaitu sebesar $399 billion dan terus mencatatkan pertumbuhan seiring dengan kenaikan permintaan EV dan target ekspansi perusahaan yang ambisius. Pada Q3 2020 ini TSLA berhasil membukukan pendapatan $8.7 billion naik 39% secara YoY dan laba bersih sebesar $331 million naik signifikan sebesar 131% secara YoY. Kenaikan tersebut ditopang kenaikan total deliveries Tesla Model 3/Y sebanyak 124.318 unit naik sebesar 56% secara YoY sedangkan untuk Tesla Model S/X mengalami penurunan total deliveries sebesar 15.275 unit turun 13% secara YoY tetapi total deliveries Tesla Model S/X meningkat 44% secara QoQ.
Sedangkan secara sentimen Pemilu AS kandidat dari Demokrat Joe Biden yang lebih mendukung sektor green energy termasuk EV kedepannya. Biden berencana membangun lebih dari setengah juta stasiun pengisian EV hingga tahun 2030, berjanji memulihkan kredit pajak untuk kendaraan EV dan akan memperketat keseluruhan regulasi otomotif yang akan mendorong konsumen ke arah kendaraan dengan emisi rendah. Jadi akan sangat menguntungkan untuk TSLA jika Joe Biden yang memenangkan Pemilu AS.
Kesimpulan meskipun EV dan green energy merupakan sektor yang kemungkinan akan sangat berkilau di masa depan dan Tesla , Inc. sendiri berpotensi akan mendominasi pasar EV namun kenaikan TSLA yang terlalu ekstrim harus diwaspadai karena belum bergerak beriringan dengan kinerja perusahaan sehingga kenaikannya menjadi tidak rasional.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020