Baru-baru ini, analisis interim terhadap vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan Pfizer dan BioNTech menyebutkan tingkat efektivitas hingga 90 persen dalam menangkal virus SARS CoV-2 penyebab penyakit COVID-19.
"Pada prinsipnya, pemerintah Indonesia terbuka dengan kandidat vaksin yang cocok dan efektif. Namun, juga tetap harus mempertimbangkan berbagai aspek pendukung, aspek kandidat vaksin tersebut," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito dalam telekonfrensi pers di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Pemerintah terbuka untuk kerja sama dengan Pfizer-BioNTech
Baca juga: WHO: Vaksin COVID Pfizer "sangat menjanjikan", namun ada tantangan
Wiku mengatakan untuk berhasil menangani pandemi COVID-19, perlu ada sinergi antara pemerintah, masyarakat, swasta, hingga lembaga internasional.
"Kolaborasi ini nantinya akan semakin meningkatkan efektivitas,” ujarnya.
Awal pekan ini, Pfizer menyatakan vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan mencapai efektivitas hingga 90 persen. Klaim tersebut berdasarkan analisis sementara atas penelitian yang melibatkan 43.538 sukarelawan.
Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) menetapkan batas efektivitas minimum vaksin pada 50 persen. Penelitian dari Pfitzer menjadi kandidat vaksin COVID-19 pertama dengan hasil melampaui batas efektivitas tersebut.
Namun, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), vaksin yang menggunakan mRNA sintesis untuk mengaktifkan sistem imun melawan virus itu harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celsius (-94 F) atau lebih rendah. Hal itu menjadi tantangan bagi negara-negara yang ingin mendistribusikannya.
#satgascovid19
Baca juga: Pfizer-Sinopharm menjanjikan, virolog minta hentikan politisasi vaksin
Baca juga: Pemerintah pertimbangkan beli vaksin Pfizer
Baca juga: Pfizer sukses uji coba vaksin COVID-19 tapi tak bisa langsung dipakai
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020