Manokwari (ANTARA) - Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan menginginkan produksi kakao di Ransiki Kabupaten Manokwari Selatan terus meningkat hingga 1.000 ton per bulan.
"Coklat Ransiki dulu pernah jaya. Dulu hasil produksi perbulan bisa mencapai rata-rata 1.000 ton. Kita dorong, harus bisa kembali ke masa kejayaan itu," ucap Gubernur saat melepas pengiriman kakao kering Manokwari Selatan di Pelabuhan Manokwari, Kamis.
Dominggus mengutarakan bahwa lahan perkebunan kakao di daerah tersebut masih sangat luas mencapai lebih dari 1.500 hektar. Dari seluruh lahan tersebut baru sekitar 200 hektar yang berproduksi
"Nilai bisnis dari pengelolaan 200 hektar lahan tersebut mencapai Rp2,8 miliar selama tahun 2020. Kalau semua lahan bisa dikelola akan semakin banyak uang yang beredar dan masyarakat akan sejahtera," ucap Dominggus lagi.
Pemprov Papua Barat dan Kementerian Pertanian berkomitmen mendorong pengembangan kakao di daerah itu. Kakao masuk dalam daftar komoditas unggulan Papua Barat yang akan dikembangkan dalam program ekonomi hijau.
Dominggus menyebutkan pada tahun 2020 baik provinsi maupun pusat telah merealisasikan program pengembangan masing-masing 40 hektar di Kampung Abresso, Ransiki, Manokwari Selatan. Selain bibit, bantuan juga diberikan berupa peralatan, pupuk dan obat pemberantas hama.
"Awalnya kita siapkan anggaran untuk pengembangan 100 hektar, begitu pula dari Kementerian Pertanian. Namun karena ada realokasi dan refocusing anggaran untuk penanganan COVID-19 maka anggaran terpotong," katanya.
Pemprov berupaya mengalokasikan kembali pada tahun 2021 dan seterusnya. Secara bertahap diharapkan seluruh lahan yang sudah tersedia bisa dimanfaatkan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Papua Barat, Charlie Heatubun pada kesempatan sebelumnya mengatakan selama tahun 2020 total sudah 90 ton biji kakao kering dikirim koperasi Eiber Suth Ransiki.
Selain pasar dalam negeri, lanjut Charlie, biji kakao di daerah itu juga diekspor ke sejumlah negara wilayah Eropa, seperti Inggris dan Prancis
Dia menyebutkan harga jual kakao kering di koperasi tersebut Rp45 ribu/kg untuk kakao premium dan Rp 30ribu/kg untuk yang biasa.
Baca juga: Menperin: Industri pengolahan kakao sumbang devisa 549 juta dolar AS
Baca juga: Barito Timur kembangkan tanaman kakao melalui diversifikasi
Baca juga: Industri kakao Indonesia: Saatnya kualitas menjadi prioritas
Pewarta: Toyiban
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020