Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat pula dipantau rangtua menggunakan aplikasi PrimaKu yang dikembangkan Ikatan Dokter Anak Indonesia
Depok (ANTARA) - Dokter Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) memberikan tips untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap tumbuh kembang anak dan bagaimana menjaga kesehatan anak selama pandemi COVID-19.
Dokter spesialis anak RSUI dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A dalam keterangannya, Kamis mengatakan orang tua seharusnya selalu melakukan pemantauan rutin terhadap tumbuh kembang anak. Pemantauan tumbuh anak dapat diketahui dengan melakukan pengukuran berat badan, panjang/tinggi badan, serta lingkar kepala.
Terkait pemantauan perkembangan anak, terdapat formulir pemantauannya dikenal dengan nama KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan).
Dari KPSP ini terdapat redflag/warning sign atau tanda bahaya, yaitu suatu indikator kapan seorang anak mengalami gangguan perkembangan. Jika terdapat tanda bahaya, orangtua sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
"Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat pula dipantau oleh orangtua menggunakan aplikasi PrimaKu yang telah dikembangkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia." ujarnya.
Baca juga: Pentingnya keterlibatan orangtua di fase tumbuh kembang anak
Terkait tema infeksi, dr. Annisa yang akrab dipanggil dr. Ninis menyebutkan beberapa tips pencegahan penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak di antaranya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), diare, dan demam.
"Penyakit-penyakit infeksi ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat, diantaranya yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan (rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan makanan dan minuman, memastikan sirkulasi udara di rumah baik), mengoptimalkan aspek nutrisi (ASI eksklusif, konsumsi makanan bergizi seimbang, serta menerapkan aspek keamanan pangan dalam memasak), istirahat yang cukup, serta melakukan imunisasi sesuai jadwal," katanya.
Sedangkan Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid mengatakan saat pandemi COVID-19 ini, kita sering mendengar adanya klaster keluarga. Klaster ini berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lainnya.
"Hal ini dapat terjadi apabila salah satu anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah ternyata membawa pulang virus tersebut. Klaster keluarga berkontribusi hingga 85 persen terhadap peningkatan kasus positif," ungkap dr. Retno Asti, Komite Medik RSUI yang juga seorang dosen FKUI.
Dokter Asti memberikan beberapa tips untuk mewaspadai adanya klaster keluarga, diantaranya tetap menerapkan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak), menghindari 3R (Ruang sempit, Rumpi, Ramai-ramai).
Baca juga: KPPPA: Kesetaraan gender cegah anak stunting
"Ketika pulang ke rumah harus langsung mandi dan mencuci baju karena kita tidak tahu apa yang kita bawa dari luar. Peran orang tua sebagai contoh bagi anak-anaknya sangatlah penting dalam menanamkan nilai-nilai penerapan terkait protokol kesehatan ini," ujarnya.
Sedangkan Ns. Mila Sri Wardani, S.Kep yang menyampaikan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahwa 44 persen penyebab kematian anak di Amerika Serikat disebabkan oleh kecelakaan yang tidak disengaja.
Anak-anak lebih berisiko mengalami cedera dibanding orang dewasa, beberapa alasan diantaranya yaitu (1) anak memiliki kulit yang lebih tipis dan mudah terluka, (2) ukuran kepala yang lebih besar dalam proporsi tubuhnya, (3) anak belum mengetahui bagaimana menjaga diri mereka dari kecelakaan, (4) anak memiliki ukuran tangan dan kaki yang kecil yang memungkinkan lebih mudah masuk/tersangkut ke dalam lubang atau celah, serta (5) tinggi tubuh anak yang lebih pendek dibanding orang dewasa membuatnya kurang begitu terlihat (misalnya oleh pengendara di jalan).
Ners Mila memberikan beberapa tips mencegah cedera pada anak usia dini yaitu dengan mengawasi anak saat bermain di luar rumah atau saat berada dekat sumber air, jauhkan anak dari benda-benda tajam, runcing dan korek api, ajari anak untuk selalu mencuci tangan tiap setelah beraktivitas untuk menghindari terjadinya keracunan.
Selain itu hindari bentuk makanan yang besar atau ikan dengan banyak tulang untuk mencegah tersedak, hindari menggunakan alat bantu jalan, serta ajarkan anak nama, alamat, nomor telepon atau meminta bantuan saat tersesat.
Baca juga: KPPPA: Keberadaan tempat penitipan anak dukung produktivitas pekerja
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020