Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Mayat tanpa kepala lima pekerja bangunan ditemukan di Mogadishu, ibukota Somalia, dan sedikitnya 11 orang tewas dalam pertempuran di wilayah tengah negara itu, kata penduduk dan milisi moderat, Rabu.
Sejumlah warga Mogadishu mengatakan, mereka curiga gerilyawan Al-Shabaab mengeksekusi pekerja-pekerja itu karena membantu membangun gedung parlemen baru Somalia, sebuah lembaga yang dianggap oleh gerilyawan sebagai kaki-tangan Barat.
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
"Kami melihat lima mayat tanpa kepala," kata seorang warga yang hanya mengaku bernama Ali karena takut kepada Reuters. "Mayat mereka tertutup sedikit tanah, kecuali kaki mereka."
Al-Shabaab, yang menguasai sejumlah besar wilayah di Somalia tengah dan selatan, sebelumnya telah mengeksekusi orang-orang Somalia yang mereka tuduh sebagai mata-mata bagi pemerintah dukungan asing. Kelompok itu berjuang bagi pemberlakuan hukum sharia yang ketat di Somalia.
Di kota-kota wilayah tengah, Gal`ad dan Masagawa, gerilyawan Al-Shabaab bentrok dengan milisi Ahlu Sunna Waljamaca, kelompok sufi moderat yang menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan dengan pemerintah.
"Kami telah menguasai kota Gal`ad," kata juru bicara Al-Shabaab, Sheikh Ali Mohamud Rage.
Ahlu Sunna mengkonfirmasi telah kehilangan wilayah dan mengatakan, mereka membunuh 15 gerilyawan Al-Shabaab dan kehilangan dua orang. Kelompok hak asasi manusia Elman menyebut jumlah kematian 11 dan 23 orang cedera.
Pemerintah transisi kini hanya menguasai sejumlah kecil wilayah di Mogadishu, ibukota Somalia, dan sisanya dikuasai Al-Shabaab yang diilhami Al-Qaeda dan kelompok lebih politis Hezb al-Islam.
Selama beberapa bulan ini pemerintah Somalia menyatakan akan melancarkan ofensif besar-besaran terhadap kelompok gerilya garis keras itu. Namun, hingga kini janji itu belum dilaksanakan.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010