Bandung (ANTARA News) - Penggunaan piranti lunak yang berbasis open diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk tidak lagi memakai software bajakan yang melanggar hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
Demikian dikatakan Rusamanto Maryanto, dari Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) pada seminar "Open Source Sebagai Alternatif Kemandirian Teknologi Informasi di Asia Afrika" di Gedung Merdeka, Bandung.
Menurut dia, masyarakat Indonesia pada saat ini masih sangat banyak yang menggunakan software bajakan.
"Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga di luar negeri hampir sekitar 80% pengguna komputer di Indonesia menggunakan software bajakan. Sisanya menggunakan software yang asli dan open source," kata Rusamanto.
Lebih lanjut, ia mengatakan dalam sistem pengoprasiannya pun open source software tidak terlalu sulit.
"Paling lama membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk menguasai open source software. Bahkan beberapa sekolah di Jakarta pun sudah menggunakan open source software," katanya.
Sampai saat ini fasilitas open source software sudah mudah didapatkan oleh masyarakat. Berbagai situs di internet sudah menyediakan fasilitas ini yang bisa diunduh secara gratis.
Hal senada juga diungkapkan oleh Wenwen Ruswendi dari Pusat Teknologi, Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang menyatakan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat untuk menggunakan perangkat yang legal menjadi alasan untuk tidak ada lagi penggunaan software bajakan.
"Software yang berbasis open source dapat dengan mudah didapatkan di internet. Kami pun (BPPT) menyediakan beberapa open source software yang dapat diunduh oleh masyarakat yang ingin menggunakannya," kata Wenwen Ruswendi.
Menurut dia, open source software yang tersedia saat ini sudah dapat memenuhi kebutuhan para pengguna komputer, baik untuk pengguna pemula sampai professional.
"Open source software yang ada saat ini sudah mencakup software-software untuk keperluan kantor seperti mengetik, membuat slide dan table juga untuk keperluan desain. Bahkan beberapa diantaranya memiliki kelebihan dibandingkan software yang beredar dipasaran," katanya.
Ia mengharapkan beberapa tahun ke depan software yang berbasis open source sudah dapat digunakan oleh masyarakat mulai dari pemakaian pribadi hingga berskala kantor.
"Saat ini kami sedang menjalin kerjasama dengan beberapa pemerintah daerah di Pulau Jawa, NGO (Non-Government Organizations) dan UKM," kata Wenwen Ruswendi.(S033/H-KWR)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010