Pekanbaru (ANTARA News) - Dua orang mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR) dilaporklan tewas disambar petir ketika bermain sepak bola saat hujan lebat disertai angin kencang di Pekanbaru, Senin sore.
Kedua mahasiswa itu masing-masing Asri (21), mahasiswa semester VI, Jurusan Olahraga, Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan dan Rosi R (21), semester VI, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Informasi yang dihimpun dari Kampus UIR, Jalan Kaharuddin Nasution, Selasa, menyebutkan, kedua mahasiswa naas itu beserta teman-temannya sedang bermain sepak bola di lapangan kampus.
Meski hujan turun disertai kilatan petir dan sebelumnya didahului dengan tiupan angin kencang, namun para mahasiswa itu tetap bermain sepak bola dan semakin bersemangat karena hujan turun.
"Dari keterangan mahasiswa mereka justru bersemangat saat hujan turun, namun naas bagi keduanya saat berusaha merebut bola di tengah lapangan mereka tersambar petir," ujar Pembantu Dekan III FKIP UIR, Muslim S.Kar, M.Sn.
Seketika itu juga kedua mahasiswa itu terbaring tewas di tengah lapangan dengan kondisi tubuh keduanya hangus terkena luka bakar mulai dari bagian dada hingga keki dan pakaian robek tersambar petir.
Jenazah kedua mahasiswa itu kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit setempat untuk dilakukan visum sebelum kemudian dilepas ke kampung halaman masing-masing.
"Keluarga kedua jenazah langsung kita beri tahu dan pada Selasa, (19/4) malam ada keluarga yang langsung menjemput jenazah dan mahasiswa kita juga turut mengantarkan ke rumah duka," katan Humas UIR, Hasbulah.
Asri sendiri tercatat sebagai penduduk Kecamatan Kota Tengah, Kabupaten Rokan Hulu, sedangkan Rosi warga Lubuk Jambi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat mencatat puting beliung yang diawali dengan gumpalan awan hitam diikuti angin kencang disertai hujan deras melanda Kota Pekanbaru, Senin, (19/4) pukul 17.00 WIB - 18.00 WIB.
Cuaca ekstrem itu terjadi akibat pemanasan lokal yang terjadi di Pekanbaru sehingga menyebabkan pembentukan awan-awan konventif yang berakumulasi pada membentuk awan Comulonimbus, ujar analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Ardhitama.
(T.M046/S005/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010